Rabu, 25 September 2013

Perjuangan ke Jepang (1) - Masih Indonesia


Persiapan ke Jepang

Sebelum keberangkatan kami (15 orang, 10 dari PJB dan 5 dari PJBS) disibukkan dengan berbagai acara. Mulai dari sibuknya pembekalan mechanical serta bahasa Inggris. Kemudian mempersiapkan paspor dan visa yang harus kita siapkan dari Nol. Serta acara acara yang sifatnya formal seperti pengarahan-pengarahan dan motivasi dari Big Bos-Big Bos. Dan yang paling membuat itu semua menjadi ribet (terutama yang saya alami) karena saya masih terlibat dalam project tertentu sejak awal dan tidak berada di kantor pusat. Pada saat itu saya masih terlibat dalam proyek Simple Inspection PLTU Unit 3 TJB yang saya terlibat cukup dalam karena memang memulai dari awal.

Apasih tujuan kami ke Jepang?. Tujuan kami ke Jepang yang pertama adalah penugasan oleh perusahaan untuk mengikuti training yang juga termasuk ujian untuk menjadi Technical Advisor untuk Perusahaan Mitsubishi dalam bidang keahlian Steam Turbine. Tujuan perusahaan adalah menjadi pioneer dalam kerjasama internasional yang akan membuat perusahaan kami semakin Go Internasional.

Untuk menembus menjadi 1 peserta, kami harus melalui beberapa tahap ujian seleksi dari perusahaan:
  1. Tes tulis kemampuan teknis dan bahasa inggris
  2. Kemampuan presentasi dalam bahasa inggris
  3. Wawancara dalam bentuk presentasi

Apa kebutuhan yang diperlukan:
  1. Persiapan pengetahuan mengenai Mechanical khususnya Steam Turbine, ini sangat penting, karena basic saya adalah electrical
  2. Persiapan kemampuan berbahasa inggris
  3. Persiapan non teknis (SPPD, paspor, visa dan dokumen lain)

Hingga hari akhir, Jumat 06 September 2013, kebutuhan yang sangat penting dari Nomor 3 belum juga selesai. Kami cukup galau karena kami masih perlu menukar uang yen juga. Dan uang dari kantor mencair mendekati sore hari di hari terakhir. Dan akhirnya kami mendapatkan yen dengan harga mahal 1 yen=120 rupiah.

Surabaya-Jakarta

Hari itu adalah hari sabtu tanggal 07 September 2013.
Saya jam 06.00 dari Kediri sudah siap-siap berangkat. Namun beberapa hal membuat sedikit tertunda, karena ketakutan saya akan harga pangan dan biaya hidup disana yang terkenal mahal. Ibu membuatkan saya kering tempe sejak pagi buta dan jam 06.00 pagi belum selesai. Akhirnya batal yang saya bawa dengan tergesa bukan kering tempe, namun tempe kering goreng. Saya juga segera meluncur ke pasar. Yah... Berburu mie gelas, mie yang paling praktis karena cukup diseduh dengan air panas. Dan gagal... yang saya peroleh adalah telur asin sebanyak 10 buah masih panas dan susu instan. Agak grogi juga takut ketinggalan pesawat, saya masih harus berpamitan dengan mertua. Saya diantar istri dan anak sedikit agak ngebut dari biasanya. Alhamdulillaah semua selesai sebelum jam tujuh. Dan saya berangkat dengan bus ke Surabaya sekitar jam 07.00.

Diperjalanan saya masih berburu mie gelas, saya calling teman-teman yang ada di Surabaya. Saya minta tolong mas Arif yang juga kebetulan lagi berburu mie Gelas. Singkat cerita saya sampai di Bandara pukul 10.30 tepat. Sangat beruntung tidak terlambat karena macet. Dan disana sudah menunggu teman kami Angga, Pak Winanto, Pak Jupriyadi, Indra, Mas Nasruddin dan Hafids. Tak lupa juga hadir satu-satunya wanita, Shifa yang akan mengantar kami sampai Jakarta. Sementara teman saya yang saya titipi mie gelas, Mas Arif belum datang. Begitu juga teman kami yang lain, Pak Suandiarto, Mas Anwar Hamidi, Pak Dwi belum juga datang.

Tepat jam sebelas kami memutuskan untuk check in. Karena pesawat kami boarding jam 11.25. Waktu itu kami menggunakan pesawat citilink. Ternyata prediksi kami tepat, waktu untuk check in sudah mau habis dan teman-teman kami yang lain tidak bisa melakukan check in. Dan dengan agak kacau karena harus berkomunikasi dengan teman yang terlambat, akhirnya tiket mereka tetap tidak bisa tertolong. Dan akhirnya  singkat cerita kami hanya terbang bertujuh. Sedang teman kami yang empat tiketnya hangus dan harus mencari tiket di penerbangan berikutnya.

Menjadi tidak ada yang istimewa dalam penerbangan Surabaya-Jakarta kali ini. Karena teman kami empat tidak bisa ikut terbang karena keterlambatan mereka yang menjadi bumerang bagi meraka dan juga kami. Citilink, maskapai yang tepat waktu, kami sangat respect padanya. Kedepannya, tepat waktu adalah salah satu point penting bagi kami bahwa terlambat akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Jakarta (Sukarno-Hatta)

Di Jakarta kami bertemu dengan Maliza yang membantu kami sejak awal, serta di mensupport kami membawakan barang-barang kami dari Terminal 1 Sukarno-Hatta menuju Terminal 2 International Sukarno-Hatta. Kami menunggu penerbangan berikutnya ke Tokyo Jepang jam 21.00. Teman-teman kami dari PJB Jakarta satu persatu juga mulai datang Mas Wahyu, Mas Gancis, Mas Fajar. Selain itu temen-temen dari Surabaya akhirnya mendapatkan penerbangan jam 15.00 yang akan bersamaan dengan kedatangan Ibu May yang akan menemani kami hingga seminggu di Jepang.

Hingga akhirnya menjelang Magrib jam 17.00 kami segera memutuskan check in, dan menunggu didalam ruang tunggu yang lebih nyaman. Ini adalah penerbangan internasional perdana saya. Kami menggunakan maskapai ANA (All Nippon Airways) Kelas Ekonomi. Kesan pertama ketika check in di maskapai ini agak berbeda dengan check in biasanya. Ada pembatas antrian yang lebih jelas dengan menggunakan tali pembatas. Tidak seperti check in pada penerbangan lokal. Antrian lebih tertib dan lebih berdedikasi. Dan hal ini ternyata menjadi salah satu pembeda mencolok kelak setelah kami tiba di Jepang. Cara mengantri pada check in sangat enak dan tertib.

Jadi dalam satu area check in ada beberapa tempat/ pos/ loket check in (di beberapa bandara seperti Narita untuk bagasi  ada loket-loket khusus antrean bagasi, sedangkan check in dilakukan secara elektronik oleh penumpang di komputer-komputer yang tersedia). Kami mengantri mengular berbelok belok mengikuti tali batas antrian. Antrian berhenti hingga di ujung dua tali pembatas. 2 meter dari antrian berjajar loket-loket untuk check in. Bila ada loket check in yang kosong maka pegawai di loket tersebut akan menyapa pengantri dengan sopan dan menunduk khas Jepang. Dan satu pengantri maju menuju loket yang kosong. Begitu seterusnya.

Agak lama harus mengantri, namun lebih terasa tertibnya dan lancarnya. Akhirnya giliranku untuk maju. Saya meletakkan barang bagasi di timbangan di samping loket. Saya diminta menunjukkan paspor dan tiket. Saya di tanyai beberapa pertanyaan mengenai bawaan bagasi, dia menunjukkan tabel barang-barang yang perlu perhatian khusus maupun dilarang masuk dalam bagasi. Dan saya menyampaikan tidak ada barang khusus maupun terlarang. Dan proses check in pun berjalan lancar, Saya perlu membayar 150 ribu rupiah untuk tax airport khusus di Sukarno-Hatta. Saya dikasih tiket dan Nomor bagasi (Lugage bahasa Inggrisnya).

Saya dalam perjalanan ke Jepang tidak membawa banyak barang, dan itu memang yang terbaik dan pas.  Antara lain:
  1. Tas ransel besar:
  1. 1 Kaos ( berkerah)
  2. 2 Kaos untuk bekerja
  3. 2 Wear Pack untuk bekerja
  4. 2 Celana Dalam
  5. Sarung bisa untuk sajadah
  6. Peralatan mandi, sikat, odol, kanebo, shampo botol kecil
  7. Sepatu jalan-jalan semi formal
  8. 2 plastik Tempe Kering goreng
  9. 10 Telur Asin
  10. 2 kotak kecil susu dancow bubuk
  11. 5 saset kopi onstan
  12. Obat-obatan  : mixagrip, antangin, enervon C, Propolis
  13. Kunci gembok kecil untuk ransel
  14. Sepasang Kaos Kaki


  1. Tas Ransel dibawa ke kabin
  1. Laptop (saya bawa Netbook) dan accessories
  2. Surat dokter, dan dokumen lain selain passport
  3. 220.000 Uang Yen,
  4. Dompet berisi rupiah, KTP dan ATM sementara diistirahatkan dalam ransel
  5. Alat tulis: Note kecil, bolpoint
  6. Badge perusahaan
  7. Beberapa tas kresek, tisue, isolasi lakban untuk proteksi tas ransel
  8. Hand Gift untuk orang jepang, saya bawa Sarung tiga buah
  9. Sisa ruang untuk snack dan botol minum

  1. Tas Pinggang
  1. Passport
  2. Tiket
  3. Beberapa lembar uang yen
  4. Handphone
  5. Charger
  6. Kunci Gembok Ransel
  7. Head set

  1. Melekat dibadan
  1. Kaos
  2. Hem
  3. Sepatu safety
  4. Jaket
  5. Kaos kaki
  6. Celana dalam
  7. Celana pendek

Bagasi saya ditimbang hanya 12 kg (Ketika pulang hanya 15 kg). Berbeda dengan teman-teman untuk barang bagasi saja rata-rata mendekati batas maksimum 20 kg. Mungkin terlalu banyak pakaian yang mereka bawa. Bagi saya membawa barang yang seminimal mungkin dan sesuai kebutuhan sudah cukup. Pakaian bisa bergantian kita cuci. Pertimbangan lain membawa nemda sesedikit mungkin adalah nanti ketika pulang masih punya space banyak untuk membawa oleh-oleh.

Membawa bahan makanan yang awet cukup menghemat pengeluaran sarapan pagi dan makan malam saya di Jepang. Setiap kali makan rata-rata 400 yen (50 ribu rupiah). Untuk sarapan saya cukup membeli nasi instan yang hanya 128 yen (15 ribu rupiah) berlauk tempe kering, segelas susu, dan pisang. Buah pisang paling murah di Jepang, Empat buah pisang seharga 100 yen (12 ribu rupiah), bisa untuk dua hari.

Namun meskipun persiapan saya sudah matang, ada satu benda yang tertinggal lupa saya bawa. Ikat pinggang. Tapi tidak menjadi masalah. Yang sedikit kedodoran bagi saya hanya celana wear pack, dan saya akali dengan mengikat dua lubang sabuk celana dengan tali. Beres deh.

Oke, Setelah selesai check in, kami masuk keruang berikutnya. Keruang imigrasi, kami disana mengantri. Passport kami distempel di halaman Visa. Dan selanjutnya kami bebas masuk ruang International, didalamnya terdapat lounge, warung makan, toko oleh-oleh, toilet, mushola dll. Disana kami sholat dan makan. Selanjutnya kami masuk ruang tunggu, kami harus melewati scanner pemeriksaan sekali lagi. Sepatu safety saya menjadi kesalahan. Saya harus lepas sepatu safety, jaket dan laptop dikeluarkan dari ransel. Tapi overall lancar. Oiya jangan lupa botol air minum yang berada di dalam ransel dan di scanner harus kosong untuk lolos dari sini atau anda harus membuangnya atau meminumnya disitu juga seperti teman saya. Namun ada teman yang lolos dengan memasukkan botol airnya kedalam saku celananya sehingga lolos dari deteksi metal.

Begitulah kami berada di ruang tunggu pukul sekitar 19.00. Dan kami masih bisa santai menunggu penerbangan hingga pukul 21.00 dengan tenang.