Minggu, 07 Desember 2014

Perjuangan ke Jepang (II) - Pintu Gerbang Dunia Lain


Masih di Sabtu malam, tanggal 07 September 2013.

Kami ber 15 membuat sebuah forum chatting untuk agenda kali ini. Ide forum chatting ini muncul ketika kami harus berkomunikasi secara bersama sedangkan kami tidak selalu bersama. Forum chatting ini cukup bermanfaat sejak jauh hari kami sebelum berangkat hingga bahkan setelah selesai dari Jepang. Forum ini menjadi tempat yang seru dan bermanfaat. Dari sekedar info nilai yen terhadap rupiah. Maupun janjian kapan kita datang ke kantor bersama, atau bahkan terkadang banyak bercanda di dalamnya. Nama forum chatting tersebut kami namakan "Perjuangan ke Jepang".

Perjuangan ke Jepang menjadi salah satu niat yang saya tanamkan dalam diri saya. Karena ini bukan jalan-jalan atau bertamasya. Perjalanan ini adalah perjuangan, perjuangan untuk menjadi diri kami lebih baik, lebih maju dan semakin bermanfaat. Bermanfaat bagi siapa?. Bermanfaat bagi diri kami, keluarga kami, teman-teman kami, terutama perusahaan kami dan negara kami, Indonesia. Kami mengerti bahwa perusahaan telah mendukung kami, dan kami sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk hal teknis maupun non-teknis. Persiapan-persiapan sudah kami laksanakan. Sekarang perjuangan yang sebenarnya baru akan kita mulai.

Pukul 20.30, Kami sudah mendapatkan panggilan untuk boarding, memasuki pesawat. Penerbangan kami adalah NH0938 - Jakarta - Narita - Jepang. Mulai dari kegiatan boarding ini terasa berbeda dari budaya Indonesia. Begitu sangat tertib dan berdedikasi. Pertama, petugas boarding memanggil penumpang yang lanjut usia atau cacat. Kakek-kakek dan nenek-nenek dipersilakan masuk. Setelah beberapa saat tidak ada lagi penumpang usia lanjut, petugas memanggil penumpang kelas bisnis. Menariknya, penumpang tidak ada yang bergerombol mendekati para petugas boarding. Padahal biasanya di penerbangan lokal para penumpang selalu bergerombol agak tidak tertib berebut masuk melalui pintu untuk boarding. Ini sangat berbeda. Meskipun masih di Indonesia, namun suasana tertib dan berdedikasi sangat terasa.

Selanjutnya adalah giliran kelas ekonomi. Kelas ekonomipun ternyata disusun secara tertib. Penumpang dengan nomor duduk paling belakang di persilakan masuk terlebih dahulu dan disusul dengan nomor duduk didepannya secara berurutan. Sangat menarik. Begitu seterusnya hingga giliran kami masuk secara mengantri dan tertib.

Kami berjalan melalui lorong ber-AC dan berlampu terang, Garba Rata. Serasa memasuki lorong menuju ke alam yang lain, dunia yang sangat berbeda dari Bumi yang ku pijak sebelumnya. Orang-orang yang memasuki pesawat kali ini adalah orang-orang yang berbeda dari ketika penerbangan lokal. Lebih banyak orang berkebangsaan Jepang dan beberapa orang Indonesia. Kami berjalan hingga akhirnya kami memasuki pintu pesawat dengan disambut senyum awak kabin, Pramugari. Senyum mereka sangat ramah dan terasa tulus. Meski wajah mereka bagi saya sangat aneh, wajahnya tidak cantik, tetapi wajah mereka bersih senyumnykhas jepang dan sangat rapi.

Berada di dalam pesawat jumbo adalah pngalaman pertama bagi saya. Susunan tempat duduknya 2 - 3 - 2. Di masing masing tempat duduk selain seat belt terdapat bantal, selimut dan headset. Begitu duduk didepan kami terdapat monitor layar sentuh yang bisa menjadi mainan bagi kami selama perjalanan nantinya. Bawaan kabin yang tas ransel saya taruh di bagasi diatas tempat duduk, sementara tas pinggang tetap saya bawa. Karena isi tas pinggang berisi benda-benda yang sering diperlukan meskipun didalam pesawat. Misalnya, ketika di dalam pesawat juga disarankan untuk mengisi dokumen imigrasi, supaya nanti waktu mendarat sudah tidak repot mengisi. Nah isian dokumen tersebut juga memerlukan data dari paspor.

Perjalanan udara yang akan ditempuh selama 7 jam akan segera dimulai. Monitor yang berada di depan saya menyala otomatis. Tampak juga di depan atas disamping bagasi kabin terdapat beberapa layar LCD yang membuka secara otomatis. Layar-layar elektrnik tersebut kompak menampilkan safety guidance selama penerbangan.Video berdurasi sekitar 10 menit itu sangat jelas dan mudah dimengerti bagi siapapun meskipun tidak mengerti bahasa yang diucapkan.

Tepat waktu, pesawat mulai berlari dilandasan pacunya dan hingga membawa kami terbang keangkasa. Menariknya take off kali ini kami bisa melihat pandangan dari hidung pesawat melalui layar LCD. Seolah olah kami berada di dalam kockpit. Setelah melaui satu jam penerbangan, kami mendapatkan makan malam, makanan khas jepang. Makanan pertama bagi saya yang benar-benar selera Jepang. Rasanya segar dengan sedikit bumbu.

Menjelang jam ke dua, kami mulai merasakan bosan. Kami juga mengantuk namun posisi duduk dan lelah membuat kami tidak bisa tidur dengan nyenyak. Beberapa kali saya mnyalakan LCD untuk menonton film yang cukup up to date, tapi mata terasa pedih untuk memandangi LCD terlalu lama. Akhirnya cukup galau mata dan tubuh miring ke kanan dan ke kiri selama malam terbang. Sesekali, mata saya memandang keluar jendela. Namun yang saya dapati hanya kegelapan malam. Perjalanan ini seperti melewati terowongan yang sangat panjang untuk memasuki dunia yang lain.