Masih di Sabtu malam, tanggal 07 September 2013.
Kami ber 15 membuat sebuah forum chatting untuk agenda kali ini. Ide forum chatting ini muncul ketika kami harus berkomunikasi secara bersama sedangkan kami tidak selalu bersama. Forum chatting ini cukup bermanfaat sejak jauh hari kami sebelum berangkat hingga bahkan setelah selesai dari Jepang. Forum ini menjadi tempat yang seru dan bermanfaat. Dari sekedar info nilai yen terhadap rupiah. Maupun janjian kapan kita datang ke kantor bersama, atau bahkan terkadang banyak bercanda di dalamnya. Nama forum chatting tersebut kami namakan "Perjuangan ke Jepang".
Perjuangan
ke Jepang menjadi salah satu niat yang saya tanamkan dalam diri saya. Karena
ini bukan jalan-jalan atau bertamasya. Perjalanan ini adalah perjuangan,
perjuangan untuk menjadi diri kami lebih baik, lebih maju dan semakin
bermanfaat. Bermanfaat bagi siapa?. Bermanfaat bagi diri kami, keluarga kami,
teman-teman kami, terutama perusahaan kami dan negara kami, Indonesia. Kami
mengerti bahwa perusahaan telah mendukung kami, dan kami sudah mempersiapkan
diri sebaik mungkin untuk hal teknis maupun non-teknis. Persiapan-persiapan
sudah kami laksanakan. Sekarang perjuangan yang sebenarnya baru akan kita
mulai.
Pukul 20.30,
Kami sudah mendapatkan panggilan untuk boarding, memasuki pesawat. Penerbangan
kami adalah NH0938 - Jakarta - Narita - Jepang. Mulai dari kegiatan boarding
ini terasa berbeda dari budaya Indonesia. Begitu sangat tertib dan berdedikasi.
Pertama, petugas boarding memanggil penumpang yang lanjut usia atau cacat.
Kakek-kakek dan nenek-nenek dipersilakan masuk. Setelah beberapa saat tidak ada
lagi penumpang usia lanjut, petugas memanggil penumpang kelas bisnis.
Menariknya, penumpang tidak ada yang bergerombol mendekati para petugas
boarding. Padahal biasanya di penerbangan lokal para penumpang selalu
bergerombol agak tidak tertib berebut masuk melalui pintu untuk boarding. Ini
sangat berbeda. Meskipun masih di Indonesia, namun suasana tertib dan
berdedikasi sangat terasa.
Selanjutnya
adalah giliran kelas ekonomi. Kelas ekonomipun ternyata disusun secara tertib.
Penumpang dengan nomor duduk paling belakang di persilakan masuk terlebih
dahulu dan disusul dengan nomor duduk didepannya secara berurutan. Sangat
menarik. Begitu seterusnya hingga giliran kami masuk secara mengantri dan
tertib.
Kami
berjalan melalui lorong ber-AC dan berlampu terang, Garba Rata. Serasa memasuki
lorong menuju ke alam yang lain, dunia yang sangat berbeda dari Bumi yang ku
pijak sebelumnya. Orang-orang yang memasuki pesawat kali ini adalah orang-orang
yang berbeda dari ketika penerbangan lokal. Lebih banyak orang berkebangsaan
Jepang dan beberapa orang Indonesia. Kami berjalan hingga akhirnya kami
memasuki pintu pesawat dengan disambut senyum awak kabin, Pramugari. Senyum
mereka sangat ramah dan terasa tulus. Meski wajah mereka bagi saya sangat aneh,
wajahnya tidak cantik, tetapi wajah mereka bersih senyumnykhas jepang dan
sangat rapi.
Berada di
dalam pesawat jumbo adalah pngalaman pertama bagi saya. Susunan tempat duduknya
2 - 3 - 2. Di masing masing tempat duduk selain seat belt terdapat bantal,
selimut dan headset. Begitu duduk didepan kami terdapat monitor layar sentuh
yang bisa menjadi mainan bagi kami selama perjalanan nantinya. Bawaan kabin
yang tas ransel saya taruh di bagasi diatas tempat duduk, sementara tas
pinggang tetap saya bawa. Karena isi tas pinggang berisi benda-benda yang
sering diperlukan meskipun didalam pesawat. Misalnya, ketika di dalam pesawat
juga disarankan untuk mengisi dokumen imigrasi, supaya nanti waktu mendarat
sudah tidak repot mengisi. Nah isian dokumen tersebut juga memerlukan data dari
paspor.
Perjalanan
udara yang akan ditempuh selama 7 jam akan segera dimulai. Monitor yang berada
di depan saya menyala otomatis. Tampak juga di depan atas disamping bagasi
kabin terdapat beberapa layar LCD yang membuka secara otomatis. Layar-layar
elektrnik tersebut kompak menampilkan safety guidance selama penerbangan.Video
berdurasi sekitar 10 menit itu sangat jelas dan mudah dimengerti bagi siapapun
meskipun tidak mengerti bahasa yang diucapkan.
Tepat waktu,
pesawat mulai berlari dilandasan pacunya dan hingga membawa kami terbang
keangkasa. Menariknya take off kali ini kami bisa melihat pandangan dari hidung
pesawat melalui layar LCD. Seolah olah kami berada di dalam kockpit. Setelah
melaui satu jam penerbangan, kami mendapatkan makan malam, makanan khas jepang.
Makanan pertama bagi saya yang benar-benar selera Jepang. Rasanya segar dengan
sedikit bumbu.
Menjelang
jam ke dua, kami mulai merasakan bosan. Kami juga mengantuk namun posisi duduk
dan lelah membuat kami tidak bisa tidur dengan nyenyak. Beberapa kali saya
mnyalakan LCD untuk menonton film yang cukup up to date, tapi mata terasa pedih
untuk memandangi LCD terlalu lama. Akhirnya cukup galau mata dan tubuh miring
ke kanan dan ke kiri selama malam terbang. Sesekali,
mata saya memandang keluar jendela. Namun yang saya dapati hanya kegelapan
malam. Perjalanan ini seperti melewati terowongan yang sangat panjang untuk
memasuki dunia yang lain.