Membicarakan nikmat memang tidak ada habisnya, seberapa luas dan banyak sudah kita nikmati. Bahkan sesuatu hal yang kita duga bukan suatu kenikmatan, ternyata bila direnungkan ternyata itu adalah sebuah nikmat yang sangat luar biasa, sayangnya kita jarang menyadari atau memikirkannya hingga kita diingatkan. Salah satu kenikmatan yang dilupakan adalah nikmatnya kentut.
Bau kentut. Seringnya kentut kadang bikin jengkel, karena baunya yang tidak sedap, karena suaranya yang bikin malu, apalagi kentut disaat yang tidak tepat, juga kentut disaat lagi sholat, kadang jujur ditahan tahan biar jangan sampai keluar. Namun ternyata kentut itu sangat nikmat. Apalagi kentut saat kelahiran anak .kedua saya
Ketika anak kedua sudah lahir, istri belum bisa kentut-kentut juga. Setelah anak lahir secara caesar, perutnya terasa penuh hingga 24 jam belum kentut. Dokter bilang harus banyak bergerak dan makan. Agar darah mengalir ke syaraf dan otot-otot yang sudah terbius bisa kembali normal. Sementara istri sudah seperti hamil lagi, bergerak sakit, makan minum juga sakit, karena perut sudah penuh sekali. Perasaan campur aduk, bingung, sedih, kasian, anak menangis, istri menangis, akhirnya saya pun ikut menangis.
Kondisi itu berlangsung sampai 3 hari, rasanya lelah sekali, ngantuk sekali, sedih muram khawatir, kentut yang di tunggu tunggu tidak keluar keluar. Semakin khawatir juga apakah syaraf dan ototnya tidak bisa kembali normal akibat bius. Istri semakin kesakitan karena sudah sangat penuh perutnya. Sesekali dipaksa berjalan meski sangat sakit, karena anjuran dokter harus dipaksa. Sesekali juga dipaksa untuk tetap makan agar tetap ada nutrisi masuk kedalam tubuh. Hati saya khawatir, takut dan sedih menemani istri dan juga lelah kurang tidur.
Setelah tertidur dimalam yang sangat lelah sebentar, saya terbangun mendengar adzan subuh hari ke-4. Dengan mata merah, lelah dan berat, saya paksakan pasrah kepada Alloh, berjalan menuju masjid disamping rumah bersalin sholat berjamaah subuh. Saat itu sholat begitu terasa dekat dengan Alloh dan terasa pasrah. Seolah saya mengadu kepada sang Maha Raja.. "hamba pasrah Gusti, saya serahkan sesuai kehendakMu". Lelah, sedih, muram.. masih terasa di tubuh, namun hati sudah terasa lebih tenang seusai sholat subuh.
Usai sholat subuh saya bergegas kembali ke kamar istri khawatir istri butuh bantuan. Setelah sampai depan kamar. Saya rerkejut. Terlihat istri tersenyum. Lalu dia berkata "Pa.. Entute wes metu". Alhamdulillaaah... Seketika.. seperti mendapat surprize yang sangat sangat istimewa "KENTUT" adalah hadiah yang kami tunggu-tunggu, tidak ada sesuatu yang paling membahagiakan pada saat itu. Kentut oh kentut. Sungguh nikmatnya kentut.
SubhanaAllooh. Alhamdulillaah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar