Perjuangan Ke Jepang
Perjalanan
waktu itu laksana menembus pagar yang sangat tebal dari dimensi ruang.
Perjalanan malam 7 jam, dengan pemandangan gelap disetiap detiknya. Sebagian
besar penumpang memilih terlelap mengharapkan percepatan waktu. Sesekali tampak
beberapa awak pesawat yang cantik dengan mata khas yang kecil sipit
berkeliling, memeriksa kondisi penumpang yang mungkin membutuhkan bantuan. Awak
kapal akan tampak selalu tersenyum dan menyapa ketika mendapati beberapa
penumpang yang masih terjaga. Mereka yang terjaga, salah satunya adalah dari
Indonesia, sesekali memandangi luar jendela dengan pikiran memandang jauh
menembus samudera. Dan begitulah pesawat dari maskapai Jepang tersebut terus
menembus malam, terbang dari Jakarta menuju sebuah negeri yang terkenal dengan
Tsunaminya, Jepang.
Jepang,
adalah negara yang sudah terkenal kemajuannya di dunia baik dari segi
teknologi, industri maupun kehidupan masayarakatnya. Letak geografisnya yang
sangat strategis dengan udara rata-rata yang senyaman ruang ber AC membuat
alamnya menarik dan menjadikan salah satu impian destinasi manusia. Lebih
spesial lagi, negara kepulauan yang hanya ada dua di dunia dengan lokasi
geografis seperti ini membuat Jepang semakin eksklusif. Dan memang, tidak semua
orang di dunia berkesempatan menginjakkan kakinya di negeri sakura ini, karena
biaya hidup yang dikenal paling tinggi di dunia.
Mereka, penumpang pesawat dari Indonesia, yang
saat itu berlima belas adalah orang-orang terpilih dan beruntung mendapat
kesempatan dari perusahaan untuk menginjakkan kaki dan belajar di negeri yang
terkenal kedisiplinannya. Mereka dikirim perusahaan untuk meningkatkan level
kemampuannya menjadi seorang technical advisor yang profesional. Yaitu seorang
yang mampu secara teknis dan attitude memberikan advise tepat dan terukur bagi
power plant owner dari suatu pekerjaan overhaul steam turbine. Dan bukan hanya
menjadi technical advisor saja, mereka juga mengemban amanah untuk menjadi
pioner dalam kerjasama internasional yang akan
membuat perusahaan kami semakin Go Internasional.
Bagi
mereka, tentu saja perjalanan ini adalah sebuah amanah dan sebuah perjuangan.
Niat sudah mereka tanamkan dalam hati, perjuangan ini akan membentuk mereka
menjadi seorang samurai. Samurai dengan standart jepang yang sudah diakui dalam
dunia Internasional akan kehebatannya dan professionalitasnya.
Mereka
berlima belas terdiri dari 10 orang dari PT. PJB dan 5 dari PT. PJB Services.
Perjuangan mereka sebelum berangkat sudah harus diuji dan diseleksi, selain
menjalankan tugas yang saat itu kebetulan beberapa dari mereka adalam tim
operasi yang sedang sibuk-sibuknya mengerjakan overhaul di beberapa tempat di
Indonesia harus meluangkan waktu untuk mempersiapkan diri berbagai persiapan
baik administrasi maupun ujian-ujian dan pengasahan kemampuan dasar sebagai
senjata yang akan mereka bawa.
Ada
3 Persiapan yang harus mereka siapkan. Pertama, persiapan administrasi, paspor,
visa, akomodasi dengan berbagai administrasinya yang cukup menyita waktu.
Kedua, adalah skill, bukan sekedar skill dalam bidang teknis saja, namun skill
dalam berkomunikasi sehingga harus cukup lincah dalam berbahasa, minimal bahasa
inggris. Dan era sekarang, kemampuan berbahasa internasional adalah sebuah
kemutlakan yang harus dimiliki setiap orang agar bisa survive dalam kemajuan.
Dan yang ketiga, persiapan yang cukup penting bagi orang-orang Indonesia, yaitu
persiapan mental. Hampir menjadi sisi negatif sifat orang Indonesia, yaitu
sifat imperior ketika bersaing dengan orang asing. Penilaian ini tidak dari
pribadi orang Indonesia sendiri, namun orang asing secara umum menilai orang
Indonesia selalu imperior. Dalam pertandingan sepak bola misalnya, meskipun
secara skill pemain indonesia sering unggul dengan negara lain namun akhirnya
harus bertekuk lutut dengan kekalahan karena kalah dalam mental.
Akhirnya,
mereka tiba di bandara Narita disambut dengan paginya negeri sakura. Dan memang
benar-benar dimensi ruang yang lain di sana. Sejak pertama menjatuhkan
pemandangan di Jepang hingga seterusnya sangat jauh berbeda dengan Indonesia.
Benar-benar sebuah dimensi baru yang membuat mereka takjub. Bukan hanya cerita,
semua hal sangat tepat waktu, teratur, simple, profesional dan ramah. Sebagai
contoh umum, transportasi kereta, Japan Rail, disana sangat terjadwal dan tepat
waktu. Sistem pembayarannya juga sangat mudah, tinggal memasukkan beberapa koin
sesuai tarif tujuan kedalam sebuah mesin dan tiket akan tercetak. Tiket ini
adalah sarana kita bisa masuk kedalam ruang tunggu. Selanjutnya saat sampai
ditujuan, tiket dimasukkan kedalam sebuah mesin pintu otomatis sebagai permit
keluar dari stasiun. Bila tiket tidak sesuai tujuan maka pintu tidak bisa
terbuka dan alarm berbunyi. Sehingga penumpang harus membeli tiket tambahan
sebagai kompensasi kekurangan biaya tiket. Sangat cepat, praktis dan efisien. Meskipun
terdapat ribuan penumpang naik dan turun, semua berjalan tertib dan hampir
tidak ada antrian. Bilapun terjadi antrian, secara otomatis orang-orang jepang
akan berbaris rapi dan tertib mengantri.
Sikap
profesional dan ramah mereka juga luar biasa. Misalkan petugas bagasi di
bandara, meski perempuan, mereka tidak mau dibantu, karena itu sudah tugas
mereka, dan mereka juga sangat ramah dalam memberi informasi. Bahkan saking
ramahnya bila kita bertanya arah suatu tempat, ketika kita sampai di kota Ube,
mereka tidak hanya menunjukkan arah, mereka akan mengantarkan kita hingga
ketempat tujuan, dengan penuh senyum dan keramahan. Sungguh sangat berbeda
dengan Indonesia. Ternyata negeri yang sudah serba kapitalis, masyarakatnya
tidak individualis, sangat ramah, profesional dan memegang erat budaya
luhurnya.
Power Engineering & Training Services
Dan hari-hari mereka berlalu dengan sangat seru.
Mereka melakukan training di sebuah fasilitas training di kota yang sepi namun
indah dan modern. Training center ini
adalah bekas Pembangkit listrik Thermal milik Chugoku electric Power Co. Inc
yang didedikasikan khusus untuk pelatihan khusus bidang pembangkit sejak 1
April 2002 dengan modal investasi sebesar 288 juta Yen. Training center dengan
nama Power Engineering & Training Services, Incorporated (PET) berlokasi di
1-2, Nishioki,
Nishiokinoyama,
Ube, Yamaguchi [Dahulu Chugoku Electric Power Co. Thermal Power
Technology
Center].
Dan ternyata
peserta training saat itu tidak hanya berasal dari Indonesia, terdapat juga
peserta dari mexico. Trainer nya adalah 4 orang technical advisor yang sudah
senior. Jadwal mereka sangat tepat waktu dan teratur. Pelajaran dimulai tepat
jam 08.00 dan berakhir jam 17.00. Semua materi training terlaksana sangat tepat
waktu. Uniknya, peralatan peraga yang di gunakan selama training tidak ada yang
istimewa, hanya white board, buku panduan, dan form-form laporan pengukuran.
Dalam penyampaian training tidak ada yang namanya menggunakan proyektor atau
peralatan canggih apapun. Sangat sederhana namun penyampaiannya sangat mudah
dipahami, sistematis, tepat sasaran, dan sesuai waktu yang ditentukan.
Pelaksanaan training antara inclass dan on-site nya juga sangat pas. Evaluasi
yang dilakukan juga sangat mengena.
Salah
satu jadwal training yang paling menarik adalah evaluasi. Evaluasi dilakukan
setiap sore jam 16.00 hingga jam 17.00. 30 menit pertama dilakukan ujian tulis
diberikan 2 sampai 3 soal, membuat laporan dan review tentang kekurangan atau
kelebihan dari kegiatan. 30 selanjutnya adalah peserta di beri pertanyaan
mengenai seluruh kegiatan hari ini serta mereview apa yang baru saja mereka
tulis, sehingga ketidak pahaman peserta akan suatu materi akan diketahui dan
hari itu juga pemahaman harus benar-benar tertanam disetiap peserta dengan
benar.
5S? 5R? Apa itu? Kami tidak kenal.
Satu
lagi yang menarik dari training dengan Mitsubishi Jepang saat itu adalah
mengenai 5R atau 5S, yang terkenal selalu diaplikasikan hampir di seluruh
perusahaan Indonesia. Dan ternyata bila kita bertanya kepada mereka, baik
teknisi, engineer atau siapapun mereka tidak mendengar istilah 5S apalagi 5R.
Tidak ada satu pun slogan atau tulisan – tulisan yang ada kaitannya dengan 5S.
Kenapa bisa begitu?. Negara asal dari 5S, ternyata tidak mengenal 5S?.
Terjadi
beberapa kali kejadian yang ringan tapi menjadi catatan unik yang ada kaitannya
dengan 5S. Salah satu kejadian, ketika tiba-tiba ada petugas dari fasilitas
training melaporkan ditemukannya botol minuman yang dimasukkan ke dalam tempat
sampah kertas. Dan ternyata sampah tersebut berasal dari salah satu peserta,
dan ternyata itu menjadi masalah yang cukup serius. Karena ternyata, satu
sampah yang berbeda akan menjadi delay dalam pemrosesan daur ulang sampah.
Karena dengan membuang sampah sampah sesuai jenisnya, akan mempercepat proses
daur ulang, karena sampah langsung dikirim ketempat pengolahan sesuai jenisnya.
Sehingga waktu untuk memilah-milah sampah yang memakan waktu panjang tidak
terjadi. Dan memang pengolahan sampah di Jepang adalah yang paling modern dan
mahal. Namun dengan begitu kelestarian alam di Jepang sangat terjaga.
Contoh
lain, berkaitan denagn 5S, adalah pengelolaan ruang kantin di fasilitas
training. Semua prosedurnya tertata seolah sudah didesain sangat tepat dan
sudah menjadi tradisi. Prosedurnya hampir mirip dengan ketika kita membeli
makanan di restoran cepat saji. Yang berbeda adalah tata letaknya, dimana baris
antrian ketika membayar, mengambil makanan dalam satu baki, tempat makan, dan
tempat pencucian peralatan disusun secara berurutan. Selain itu yang menarik
adalah bila selesai makan, semua peralatan yang sudah diletakkan dalam satu
baki harus dibawa ketempat pencucian, kemudian membersihkan sisa makanan yang
menempel, dan meletakkan piring sendok dan gelas sesuai tempatnya, untuk
selanjutnya dicuci oleh petugas pencuci. Dan tidak lupa mereka wajib untuk
saling mengucapkan “terima kasih”.
Memang
orang Jepang tidak mengenal istilah 5S, karena ternyata itu sudah menjadi
keseharian mereka yang secara otomatis mereka lakukan. Sudah menjadi attitude,
perilaku dasar masyarakat Jepang. Tidak hanya di fasilitas training, namun
ketika berjalan keliling seluruh sudut Jepang, semua tertata, terstruktur dan
bersih. Tidak ada sampah. Bahkan tidak hanya manusianya, pohon-pohon pun
seperti enggan menggugurkan daunnya sembarangan. Maka tidak heran sangat
jarang, bahkan tidak pernah ditemui petugas kebersihan di sana. Karena ya
memang tidak ada yang dibersihkan. Sungai-sungai, drainase, selokan semua
bersih dan airnya terlihat tanpa campuran limbah.
On Time
Berikutnya
adalah kedisiplinan. Ketepatan waktu sangat penting di Jepang. Karena
keterlambatan satu agenda/kegiatan maka akan berakibat tertundanya agenda yang
lain. Dan keterlambatan benar-benar sangat tidak bisa di tolelir. Karena
keterlambatan satu orang saja dalam proses overhaul atau sebuah meeting akan
merugikan semua orang yang terlibat dalam satu tim/perusahaan tersebut. Begitu
juga ketika seorang peserta terlambat berkumpul di lobi penginapan untuk
berangkat ke tempat training, maka semua agenda training akan tertunda dan
merugikan semua pihak baik peserta, traineer, pengelola fasilitas training,
bahkan semua pengguna transportasi antar jemput yang berikutnya akan tertunda
kegiatannya.
Dan
sekali lagi, kedisiplinan tidak hanya wajib di fasilitas training. Di semua
aktifitas, fasilitas semua sudut jepang menerapkan on-time. Kendaraan umum
mulai dari pesawat, Japan Rail, bahkan bus semuanya on-time. Mereka yang dari
Indonesia akan heran kenapa seolah tidak meleset sedetikpun bus yang berjalan
melalui rintangan-rintangan kendaraan lain, lampu lalu lintas yang selalu
menghadang disetiap perempatan, akan bisa tiba tepat pada waktunya?. Dan memang
terbukti, semua transportasi tepat waktu. Sehingga setiap orang bisa dengan
mudah bisa merencanakan sebuah perjalanan dengan pasti meskipun menggunakan
alat transportasi yang berbeda-beda sesuai yang diinginkan, tanpa takut
terlambat.
Open Minded
Bukan
open minded yang biasanya. Mereka akhirnya harus kembali ke Indonesia dengan
membawa banyak pikiran-pikiran baru. Bukan hanya pelajaran technical yang
mereka dapat dari sebuah proses training. Namun terbukanya mata hati dan
membuat kembali terjaga. Ternyata ada dunia yang ajaib seperti ini dan seperti
bukan di Bumi. Dan Jepang adalah di Bumi, tidak berbeda dengan Indonesia. Namun
tata kelola dan budaya masyarakatnya yang berbeda. Indonesia dan Jepang
sama-sama terpaksa terlibat dengan sistem kapitalis, namun jepang lebih siap
dan memang bisa. Seharusnya Indonesia juga bisa, dimana jaman dahulu Nusantara
Indonesia sangat dikenal dengan budi pekertinya yang luhur dan sekarang semakin
terlupakan terlindas modernisasi.
Jangan-jangan
budaya jepang itu berasal dari Indonesia, yang mereka peroleh ketika datang ke
Indonesia?. Ini adalah sebuah langkah awal, sebuah langkah yang baik membuka
wawasan. Semoga langkah-langkah selanjutnya akan berubah menjadi sesuatu yang
besar, sebuah perubahan menuju Indonesia dan perusahaan menjadi lebih maju,
dengan budaya yang luhur sesuai dengan budaya kita. Dengan harapan kita juga
berakhir dengan mendunia menancapkan tonggak-tonggak peradaban yang lebih baik
di banyak Negara dan bermanfaat bagi Dunia.