Senin, 07 Maret 2016

Perjuangan ke Jepang (IV) - Samurai (End)

Perjuangan Ke Jepang   
Perjalanan waktu itu laksana menembus pagar yang sangat tebal dari dimensi ruang. Perjalanan malam 7 jam, dengan pemandangan gelap disetiap detiknya. Sebagian besar penumpang memilih terlelap mengharapkan percepatan waktu. Sesekali tampak beberapa awak pesawat yang cantik dengan mata khas yang kecil sipit berkeliling, memeriksa kondisi penumpang yang mungkin membutuhkan bantuan. Awak kapal akan tampak selalu tersenyum dan menyapa ketika mendapati beberapa penumpang yang masih terjaga. Mereka yang terjaga, salah satunya adalah dari Indonesia, sesekali memandangi luar jendela dengan pikiran memandang jauh menembus samudera. Dan begitulah pesawat dari maskapai Jepang tersebut terus menembus malam, terbang dari Jakarta menuju sebuah negeri yang terkenal dengan Tsunaminya, Jepang.   

Jepang, adalah negara yang sudah terkenal kemajuannya di dunia baik dari segi teknologi, industri maupun kehidupan masayarakatnya. Letak geografisnya yang sangat strategis dengan udara rata-rata yang senyaman ruang ber AC membuat alamnya menarik dan menjadikan salah satu impian destinasi manusia. Lebih spesial lagi, negara kepulauan yang hanya ada dua di dunia dengan lokasi geografis seperti ini membuat Jepang semakin eksklusif. Dan memang, tidak semua orang di dunia berkesempatan menginjakkan kakinya di negeri sakura ini, karena biaya hidup yang dikenal paling tinggi di dunia.

 Mereka, penumpang pesawat dari Indonesia, yang saat itu berlima belas adalah orang-orang terpilih dan beruntung mendapat kesempatan dari perusahaan untuk menginjakkan kaki dan belajar di negeri yang terkenal kedisiplinannya. Mereka dikirim perusahaan untuk meningkatkan level kemampuannya menjadi seorang technical advisor yang profesional. Yaitu seorang yang mampu secara teknis dan attitude memberikan advise tepat dan terukur bagi power plant owner dari suatu pekerjaan overhaul steam turbine. Dan bukan hanya menjadi technical advisor saja, mereka juga mengemban amanah untuk menjadi pioner dalam kerjasama internasional yang akan membuat perusahaan kami semakin Go Internasional.

Bagi mereka, tentu saja perjalanan ini adalah sebuah amanah dan sebuah perjuangan. Niat sudah mereka tanamkan dalam hati, perjuangan ini akan membentuk mereka menjadi seorang samurai. Samurai dengan standart jepang yang sudah diakui dalam dunia Internasional akan kehebatannya dan professionalitasnya.
Mereka berlima belas terdiri dari 10 orang dari PT. PJB dan 5 dari PT. PJB Services. Perjuangan mereka sebelum berangkat sudah harus diuji dan diseleksi, selain menjalankan tugas yang saat itu kebetulan beberapa dari mereka adalam tim operasi yang sedang sibuk-sibuknya mengerjakan overhaul di beberapa tempat di Indonesia harus meluangkan waktu untuk mempersiapkan diri berbagai persiapan baik administrasi maupun ujian-ujian dan pengasahan kemampuan dasar sebagai senjata yang akan mereka bawa.

Ada 3 Persiapan yang harus mereka siapkan. Pertama, persiapan administrasi, paspor, visa, akomodasi dengan berbagai administrasinya yang cukup menyita waktu. Kedua, adalah skill, bukan sekedar skill dalam bidang teknis saja, namun skill dalam berkomunikasi sehingga harus cukup lincah dalam berbahasa, minimal bahasa inggris. Dan era sekarang, kemampuan berbahasa internasional adalah sebuah kemutlakan yang harus dimiliki setiap orang agar bisa survive dalam kemajuan. Dan yang ketiga, persiapan yang cukup penting bagi orang-orang Indonesia, yaitu persiapan mental. Hampir menjadi sisi negatif sifat orang Indonesia, yaitu sifat imperior ketika bersaing dengan orang asing. Penilaian ini tidak dari pribadi orang Indonesia sendiri, namun orang asing secara umum menilai orang Indonesia selalu imperior. Dalam pertandingan sepak bola misalnya, meskipun secara skill pemain indonesia sering unggul dengan negara lain namun akhirnya harus bertekuk lutut dengan kekalahan karena kalah dalam mental.

Akhirnya, mereka tiba di bandara Narita disambut dengan paginya negeri sakura. Dan memang benar-benar dimensi ruang yang lain di sana. Sejak pertama menjatuhkan pemandangan di Jepang hingga seterusnya sangat jauh berbeda dengan Indonesia. Benar-benar sebuah dimensi baru yang membuat mereka takjub. Bukan hanya cerita, semua hal sangat tepat waktu, teratur, simple, profesional dan ramah. Sebagai contoh umum, transportasi kereta, Japan Rail, disana sangat terjadwal dan tepat waktu. Sistem pembayarannya juga sangat mudah, tinggal memasukkan beberapa koin sesuai tarif tujuan kedalam sebuah mesin dan tiket akan tercetak. Tiket ini adalah sarana kita bisa masuk kedalam ruang tunggu. Selanjutnya saat sampai ditujuan, tiket dimasukkan kedalam sebuah mesin pintu otomatis sebagai permit keluar dari stasiun. Bila tiket tidak sesuai tujuan maka pintu tidak bisa terbuka dan alarm berbunyi. Sehingga penumpang harus membeli tiket tambahan sebagai kompensasi kekurangan biaya tiket. Sangat cepat, praktis dan efisien. Meskipun terdapat ribuan penumpang naik dan turun, semua berjalan tertib dan hampir tidak ada antrian. Bilapun terjadi antrian, secara otomatis orang-orang jepang akan berbaris rapi dan tertib mengantri.

Sikap profesional dan ramah mereka juga luar biasa. Misalkan petugas bagasi di bandara, meski perempuan, mereka tidak mau dibantu, karena itu sudah tugas mereka, dan mereka juga sangat ramah dalam memberi informasi. Bahkan saking ramahnya bila kita bertanya arah suatu tempat, ketika kita sampai di kota Ube, mereka tidak hanya menunjukkan arah, mereka akan mengantarkan kita hingga ketempat tujuan, dengan penuh senyum dan keramahan. Sungguh sangat berbeda dengan Indonesia. Ternyata negeri yang sudah serba kapitalis, masyarakatnya tidak individualis, sangat ramah, profesional dan memegang erat budaya luhurnya.

Power Engineering & Training Services
Dan hari-hari mereka berlalu dengan sangat seru. Mereka melakukan training di sebuah fasilitas training di kota yang sepi namun indah dan modern. Training center ini adalah bekas Pembangkit listrik Thermal milik Chugoku electric Power Co. Inc yang didedikasikan khusus untuk pelatihan khusus bidang pembangkit sejak 1 April 2002 dengan modal investasi sebesar 288 juta Yen. Training center dengan nama Power Engineering & Training Services, Incorporated (PET) berlokasi di 1-2, Nishioki,
Nishiokinoyama, Ube, Yamaguchi [Dahulu Chugoku Electric Power Co. Thermal Power
Technology Center].

Dan ternyata peserta training saat itu tidak hanya berasal dari Indonesia, terdapat juga peserta dari mexico. Trainer nya adalah 4 orang technical advisor yang sudah senior. Jadwal mereka sangat tepat waktu dan teratur. Pelajaran dimulai tepat jam 08.00 dan berakhir jam 17.00. Semua materi training terlaksana sangat tepat waktu. Uniknya, peralatan peraga yang di gunakan selama training tidak ada yang istimewa, hanya white board, buku panduan, dan form-form laporan pengukuran. Dalam penyampaian training tidak ada yang namanya menggunakan proyektor atau peralatan canggih apapun. Sangat sederhana namun penyampaiannya sangat mudah dipahami, sistematis, tepat sasaran, dan sesuai waktu yang ditentukan. Pelaksanaan training antara inclass dan on-site nya juga sangat pas. Evaluasi yang dilakukan juga sangat mengena.

Salah satu jadwal training yang paling menarik adalah evaluasi. Evaluasi dilakukan setiap sore jam 16.00 hingga jam 17.00. 30 menit pertama dilakukan ujian tulis diberikan 2 sampai 3 soal, membuat laporan dan review tentang kekurangan atau kelebihan dari kegiatan. 30 selanjutnya adalah peserta di beri pertanyaan mengenai seluruh kegiatan hari ini serta mereview apa yang baru saja mereka tulis, sehingga ketidak pahaman peserta akan suatu materi akan diketahui dan hari itu juga pemahaman harus benar-benar tertanam disetiap peserta dengan benar.

5S? 5R? Apa itu? Kami tidak kenal.
Satu lagi yang menarik dari training dengan Mitsubishi Jepang saat itu adalah mengenai 5R atau 5S, yang terkenal selalu diaplikasikan hampir di seluruh perusahaan Indonesia. Dan ternyata bila kita bertanya kepada mereka, baik teknisi, engineer atau siapapun mereka tidak mendengar istilah 5S apalagi 5R. Tidak ada satu pun slogan atau tulisan – tulisan yang ada kaitannya dengan 5S. Kenapa bisa begitu?. Negara asal dari 5S, ternyata tidak mengenal 5S?.

Terjadi beberapa kali kejadian yang ringan tapi menjadi catatan unik yang ada kaitannya dengan 5S. Salah satu kejadian, ketika tiba-tiba ada petugas dari fasilitas training melaporkan ditemukannya botol minuman yang dimasukkan ke dalam tempat sampah kertas. Dan ternyata sampah tersebut berasal dari salah satu peserta, dan ternyata itu menjadi masalah yang cukup serius. Karena ternyata, satu sampah yang berbeda akan menjadi delay dalam pemrosesan daur ulang sampah. Karena dengan membuang sampah sampah sesuai jenisnya, akan mempercepat proses daur ulang, karena sampah langsung dikirim ketempat pengolahan sesuai jenisnya. Sehingga waktu untuk memilah-milah sampah yang memakan waktu panjang tidak terjadi. Dan memang pengolahan sampah di Jepang adalah yang paling modern dan mahal. Namun dengan begitu kelestarian alam di Jepang sangat terjaga.

Contoh lain, berkaitan denagn 5S, adalah pengelolaan ruang kantin di fasilitas training. Semua prosedurnya tertata seolah sudah didesain sangat tepat dan sudah menjadi tradisi. Prosedurnya hampir mirip dengan ketika kita membeli makanan di restoran cepat saji. Yang berbeda adalah tata letaknya, dimana baris antrian ketika membayar, mengambil makanan dalam satu baki, tempat makan, dan tempat pencucian peralatan disusun secara berurutan. Selain itu yang menarik adalah bila selesai makan, semua peralatan yang sudah diletakkan dalam satu baki harus dibawa ketempat pencucian, kemudian membersihkan sisa makanan yang menempel, dan meletakkan piring sendok dan gelas sesuai tempatnya, untuk selanjutnya dicuci oleh petugas pencuci. Dan tidak lupa mereka wajib untuk saling mengucapkan “terima kasih”.

Memang orang Jepang tidak mengenal istilah 5S, karena ternyata itu sudah menjadi keseharian mereka yang secara otomatis mereka lakukan. Sudah menjadi attitude, perilaku dasar masyarakat Jepang. Tidak hanya di fasilitas training, namun ketika berjalan keliling seluruh sudut Jepang, semua tertata, terstruktur dan bersih. Tidak ada sampah. Bahkan tidak hanya manusianya, pohon-pohon pun seperti enggan menggugurkan daunnya sembarangan. Maka tidak heran sangat jarang, bahkan tidak pernah ditemui petugas kebersihan di sana. Karena ya memang tidak ada yang dibersihkan. Sungai-sungai, drainase, selokan semua bersih dan airnya terlihat tanpa campuran limbah.

On Time
Berikutnya adalah kedisiplinan. Ketepatan waktu sangat penting di Jepang. Karena keterlambatan satu agenda/kegiatan maka akan berakibat tertundanya agenda yang lain. Dan keterlambatan benar-benar sangat tidak bisa di tolelir. Karena keterlambatan satu orang saja dalam proses overhaul atau sebuah meeting akan merugikan semua orang yang terlibat dalam satu tim/perusahaan tersebut. Begitu juga ketika seorang peserta terlambat berkumpul di lobi penginapan untuk berangkat ke tempat training, maka semua agenda training akan tertunda dan merugikan semua pihak baik peserta, traineer, pengelola fasilitas training, bahkan semua pengguna transportasi antar jemput yang berikutnya akan tertunda kegiatannya.

Dan sekali lagi, kedisiplinan tidak hanya wajib di fasilitas training. Di semua aktifitas, fasilitas semua sudut jepang menerapkan on-time. Kendaraan umum mulai dari pesawat, Japan Rail, bahkan bus semuanya on-time. Mereka yang dari Indonesia akan heran kenapa seolah tidak meleset sedetikpun bus yang berjalan melalui rintangan-rintangan kendaraan lain, lampu lalu lintas yang selalu menghadang disetiap perempatan, akan bisa tiba tepat pada waktunya?. Dan memang terbukti, semua transportasi tepat waktu. Sehingga setiap orang bisa dengan mudah bisa merencanakan sebuah perjalanan dengan pasti meskipun menggunakan alat transportasi yang berbeda-beda sesuai yang diinginkan, tanpa takut terlambat.

Open Minded
Bukan open minded yang biasanya. Mereka akhirnya harus kembali ke Indonesia dengan membawa banyak pikiran-pikiran baru. Bukan hanya pelajaran technical yang mereka dapat dari sebuah proses training. Namun terbukanya mata hati dan membuat kembali terjaga. Ternyata ada dunia yang ajaib seperti ini dan seperti bukan di Bumi. Dan Jepang adalah di Bumi, tidak berbeda dengan Indonesia. Namun tata kelola dan budaya masyarakatnya yang berbeda. Indonesia dan Jepang sama-sama terpaksa terlibat dengan sistem kapitalis, namun jepang lebih siap dan memang bisa. Seharusnya Indonesia juga bisa, dimana jaman dahulu Nusantara Indonesia sangat dikenal dengan budi pekertinya yang luhur dan sekarang semakin terlupakan terlindas modernisasi.


Jangan-jangan budaya jepang itu berasal dari Indonesia, yang mereka peroleh ketika datang ke Indonesia?. Ini adalah sebuah langkah awal, sebuah langkah yang baik membuka wawasan. Semoga langkah-langkah selanjutnya akan berubah menjadi sesuatu yang besar, sebuah perubahan menuju Indonesia dan perusahaan menjadi lebih maju, dengan budaya yang luhur sesuai dengan budaya kita. Dengan harapan kita juga berakhir dengan mendunia menancapkan tonggak-tonggak peradaban yang lebih baik di banyak Negara dan bermanfaat bagi Dunia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar