Kamis, 01 Agustus 2013

Marhaban ya Ramadhan-Marhaban ya Duri (Part 2 : Marhaban yaa Riau)


PROPINSI PENUH RINDU

Tak terasa sudah setahun saya tidak pernah kembali ke Riau. Rasanya seperti baru kemarin saya menyelesaikan proyek di Dumai-Propinsi Riau. Sebuah proyek yang membuatku menghabiskan tiga tahun pertamaku bersama PT.PJB Services. Proyek EPC pertama yang pernah dilakukan oleh PJB Services. Sungguh luar biasa dan gemblengan yang luar biasa bagiku memperoleh kesempatan spesial terlibat banyak dalam proyek tersebut.

Dan besok minggu, akhirnya, aku bisa berkunjung kembali ke Riau, meski ke tempat yang berbeda. Namun rasanya pasti akan sama saja, tempat panas yang kurindukan. Ku rindu akan udara pagi yang aromanya khas dengan campuran kabut asapnya. Ku rindu dengan banyaknya buah Durian yang menghiasai pinggiran jalan, buah yang membuat kakiku agak kaku karena terlalu sering menggaulinya. Dan kurindu aroma masakan-masakan bersantan kental, beraroma rempah-rempah yang kaya bumbu, yang tidak terlalu cocok dengan lidah jawaku. Dan yang paling kurindukan adalah, kesan panasnya propinsi itu, yang begitu menyengat karena dekatnya dengan katulistiwa, propinsi yang dibagian kota Duri dan Dumai cukup gersang, sulit mendapatkan air bersih, namun propinsi yang sangat kaya. Riau, propinsi yang bagian atas tanah dan bawah tanah adalah minyak.

PERJALANAN YANG BERAT

Tidak mudah hari ini, minggu pagi buta, jam 00.00 WIB, Kediri. Saya memaksa bangun sendiri dan sendirian untuk segera sahur dan bersiap-siap berangkat ke Juanda-Surabaya. Udara dingin ketika malam antara bulan Juli - September yang terkenal dengan musim bediding di kediri adalah musim terdingin dengan kiriman angin yang berhembus cukup kencang sepanjang malam dengan udaranya yang kering dan dingin. Terasa semakin berat untuk membuka kelopak mata dan tubuh. Empuknya ranjang dan cantik tulusnya istri yang tertidur manis memeluk bantal guling seolah memanggilku untuk kembali kepelukannya.

Hanya tiket, tiket yang memaksaku untuk harus bangun, karena pesawat tidak akan menungguku dan uang 2,3 juta Rupiah akan hangus. Andaikan aku bisa ke Riau dengan 6 jam naik bus Harapan Jaya pasti akan kutunda bangun tidurku. Tapi, tidak mungkin. Dan akhirnya aku membasuh muka tangan dan kakiku dengan wudlu yang cukup mengusir rasa kantuk dan dingin, sementara.

Jam 01.15 WIB aku sudah berada di pertelon desa ngadiluwih. Tempat bus jurusan surabaya pasti berhenti dan menaikkan penumpang. Alhamdulillaah setelah menunggu 30 menit, bus datang. Dan sangat Alhamdulillah bus Harapan Jaya Ekonomi AC yang membawaku menuju surabaya tepat berangkat jam 01.45 WIB. Awalnya sempat khawatir, bus lama tidak melintas dan membuatku akan terlambat sampai Juanda. Namun, sungguh beruntung, yang biasanya kalau sebelum pagi, hanya bus ekonomi tanpa AC yang melintas. Bus yang angin dinginnya masuk kedalam melalui jendela dan pintu terbuka yang pasti akan membuat badan saya masuk angin.

Lebih cepat dari dugaan, setelah sepanjang jalan didominasi dengan mata terpejam dan tidur, bus ternyata sudah sampai terminal Purabaya-Bungurrasih-Surabaya (Sidoarjo) pada jam 03.45 WIB. Dan langsung, saya bermanufer menuju bandara Juanda dengan bus Damri 20 ribu rupiah. Bus Damri khusus Juanda yang parkirnya berada di sebelah kiri tempat kedatangan Bus Umum.

Dan sampai bandara tepat jam 04.15 WIB. Melakukan check-in dibandara yang ternyata sudah sangat ramai dan antrian check in untuk penerbangan jam 06.00 WIB sudah cukup panjang. Selepas check in adalah kesempatan untuk sholat subuh dilantai 2 bandara Juanda. Kemudian saya sempatkan duduk di salah satu deretan kursi ruang tunggu, karena mata masih terasa berat, saya kira cukup untuk memejamkan mata sejenak sambil menunggu Agus datang di Juanda.

Namun ternyata mata sulit terpejam karena ada rasa khawatir bila Agus tidak melintas. Sesaat aku melihat dikejauhan beberapa orang menghampiri counter asuransi di dekat lift dari lantai 1 bandara. Counter asuransi yang tidak wajib bagi penumpang untuk membelinya. Hanphone saya bergetar, ternyata ada SMS. " Yud... Ayo, kabeh wes mlebu pesawat! Aku berempat karo konco ODP4, 3 orang". Oh... Ternyata Agus sudah boarding duluan, dan aku tidak dikasih tahu bahwa kita tidak berdua menuju Riau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar