DURI YANG
BANYAK DURI
Bapak Agus
cukup lincah melintas jalan-jalan kota Pekanbaru. Jalan layang yang setahun
yang lalu belum jadi, sekarang sudah bisa dilintasi dan perjalanan menjadi
sangat lancar. Suasana Pekanbaru sekarang terasa lebih asri. Jalan-jalannya
lebar dan lancar. Di sisi kanan dan kiri banyak pepohonan yang rindang, trotoar
serta jalan-jalannya halus dan bersih, sangat meredam kesan panas diluar
ruangan. Mobil kami terus melaju lancar, membuat mataku menyapu setiap bagian
kota tanpa koma. Hanya sekitar 10 menit kami sudah membelah kota Pekanbaru dan
sudah berada di luar kota Pekanbaru.
Mulailah di
luar Pekanbaru tampak di kanan kirinya perkebunan sawit sepanjang jalan.
Jalan-jalan masih tampak baru sepanjang keluar Pekanbaru sampai kota Minas.
Jalan-jalan juga cukup lengang, mungkin karena hari minggu truk-truk besar yang
merayap yang biasa mengangkut minyak dan kayu tidak ada yang melintas. Selepas
Minas beberapa titik jalan ada sedikit kemacetan karena ada pengecoran jalan.
Terpaksa dilakukan sistem buka tutup jalan, namun masih tertib dan lancar.
Pemandangan yang konstan dengan sawit, membuat mata terpejam teman-teman yang
duduk dibelakang.
Semakin
menjauh dari Minas, semakin banyak titik jalan mulai bergelombang, ambles
karena beban roda dari truk-truk berat. Apalagi mendekati Kandis, jalan mulai
semakin banyak yang rusak dan bergelombang parah. Kesan panas juga semakin
terasa. Di sisi kiri dan kanan masih di iringi dengan sawit dan sawit.
Perjalanan
sudah berlangsung 2 jam dan semakin mendekati Duri. Perjalanan semakin
bergelombang laksana duri ketika mengejar deadline sebuah proyek. Mobil kami
harus terus bergoyang ke kanan dan ke kiri. Meski skok mobil cukup empuk tapi
goyangannya cukup membuat perut puasa kami terganggu kenyamanannya. Sekitar
setengah jam kemudian akhirnya kami sampai di Duri.
KONFLIK PLTG
DURI
Tidak lama,
mobil kami meluncur ke Unit Pembangkit PLTG. Dari pihak holding PLN menyebutnya
PLTG Balai Pungut. Karena lokasi PLTG tersebut adalah di desa Balai
Pungut-kecamatan Pinggir. Namun menjadi sedikit dilema dalam komunikasi dan
admnistrasi, karena kawan-kawan kami, menyebutnya dengan nama PLTG Duri karena
keberadaannya masih dalam wilayah Kota Duri.
Pak Agus
mengarahkan kemudinya belok kiri ketika ada persimpangan yang menunjukkan arah
ke Pembangkit. Mobil kami mulai berjalan pelan karena sekitar 500 meter lagi
sudah memasuki area pembangkit.
Mulailah
saya yang duduk didepan sejak berangkat tadi, memperhatikan pemandangan
sekitar. Disamping kanan jalan tampak tower tinggi jaringan 150 kV berjajar
hingga kesuatu ujung didepan sana. Terdapat kawat-kawat transmisi 150 kV
menjalar diatas dari towerke tower yang lain hingga akhirnya melambai turun ke
sebuah substation. Substation 150 kV, sebuah area yang berisi Transformator
daya dan beberapa peralatan pemutus listrik. Pada struktur-struktur
besinya bergantungan isolator dari
keramik seperti pentol cilok kecoklatan yang sudah siap disajikan.
Isolator-isolator tersebut memegang kawat-kawat jaringan 150 kV yang merambat
dari tower-tower tadi. Dan semakin ditelusuri akhirnya kawat itu berhenti di
ujung sebuah bushing dari Transformator Daya yang cukup besar.
Akhirnya
mobil kami memasuki sebuah gerbang. Sekuriti tampak tersenyum dan membiarkan
mobil kami masuk. Dari kejauhan kami seolah disambut dua mesin berwarna biru
yang cukup besar. Itulah 2 mesin pembangkit bertenaga Gas. Suara gemuruh dan
udara panas yang keluar dari stack PLTG seolah sedang berteriak gembira
menyambut kami. Saya tatap bergantian 2 PLTG tersebut sambil tersenyum. Sedikit
berbeda satu sama lain. Namun saya segera mengenali 1 dari 2 PLTG, yang berada
di sebelah kanan. PLTG yang arealnya dibatasi oleh pagar kawat tersendiri. PLTG
yang disalah satu sudutnya terdapat tulisan khas berwarna biru. Suatu simbol
dari perusahaan pembangkit. PT PJB Services.
SI TUA YANG
BANDEL
Itulah
pembangkit yang akan saya temani selama seminggu kedepan. Dibawah O&M PT
PJB Services. 1 dari 2 pambangkit bertenaga Gas, yang belakangan aku ketahui
ternyata masih memakai bahan bakar solar, solar yang terkenal sebagai bahan
bakar yang cukup mahal untuk pembangkit, setelah gas dan batubara.
Dan sudah
menjadi instinc bagi saya seorang yang bergumul dalam dunia pembangkit listrik.
Yang pertama menjadi sasaran perhatian saya adalah mesin Pembangkitnya. Saya
selami PLTG tersebut dari ujung rambut hingga ujung kakiknya. Sangat jauh dari
bayangan yang ada dalam benakku sebelumnya. PLTG yang sudah berumur puluhan
tahun berasal dari Madura tersebut masih tampak bagus. Hampir tidak ada karat
yang biasanya menyelimuti logam tua, apalagi dia adalah mesin out door. Desing
suaranya yang mantap menandakan kinerjanya masih bisa menerangi propinsi Riau.
Udara yang keluar dari stack juga tanpa warna, menunjukkan performa pembakaran
yang sempurna. Kusapu benda-benda disekitar PLTG juga dasar-dasar lantainya,
semua bersih tanpa warna coklat atau hitam dari minyak yang biasanya bocor pada
mesin tua. Sungguh unit yang bisa dihandalkan. Unit yang pasti membanggakan
para operatornya. Unit pembangkit yang mudah perawatannya. Unit pembangkit yang
membuat betah para pekerjanya. Unit tua yang sangat bandel.
Disamping
masing-masing pembangkit terdapat gedung kantor untuk administrasi pembangkit
dan operator. Semua area bangunan PLTG masih baru, belum ada pepohonan yang
meredam panasnya senyum matahari. Beberapa tanaman masih kecil-kecil dan sedang
puasa dibawah terik matahari.
Diluar pagar
area pembatas PLTG tampak masih berantakan. Tanah-tanah urukan masih belum
diratakan dan pembangunan fasilitas juga tampak masih dilanjutkan. Semua area
diluar pagar PLTG masih tampak seperti suasana proyek Pembangunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar