Rabu, 25 September 2013

Perjuangan ke Jepang (1) - Masih Indonesia


Persiapan ke Jepang

Sebelum keberangkatan kami (15 orang, 10 dari PJB dan 5 dari PJBS) disibukkan dengan berbagai acara. Mulai dari sibuknya pembekalan mechanical serta bahasa Inggris. Kemudian mempersiapkan paspor dan visa yang harus kita siapkan dari Nol. Serta acara acara yang sifatnya formal seperti pengarahan-pengarahan dan motivasi dari Big Bos-Big Bos. Dan yang paling membuat itu semua menjadi ribet (terutama yang saya alami) karena saya masih terlibat dalam project tertentu sejak awal dan tidak berada di kantor pusat. Pada saat itu saya masih terlibat dalam proyek Simple Inspection PLTU Unit 3 TJB yang saya terlibat cukup dalam karena memang memulai dari awal.

Apasih tujuan kami ke Jepang?. Tujuan kami ke Jepang yang pertama adalah penugasan oleh perusahaan untuk mengikuti training yang juga termasuk ujian untuk menjadi Technical Advisor untuk Perusahaan Mitsubishi dalam bidang keahlian Steam Turbine. Tujuan perusahaan adalah menjadi pioneer dalam kerjasama internasional yang akan membuat perusahaan kami semakin Go Internasional.

Untuk menembus menjadi 1 peserta, kami harus melalui beberapa tahap ujian seleksi dari perusahaan:
  1. Tes tulis kemampuan teknis dan bahasa inggris
  2. Kemampuan presentasi dalam bahasa inggris
  3. Wawancara dalam bentuk presentasi

Apa kebutuhan yang diperlukan:
  1. Persiapan pengetahuan mengenai Mechanical khususnya Steam Turbine, ini sangat penting, karena basic saya adalah electrical
  2. Persiapan kemampuan berbahasa inggris
  3. Persiapan non teknis (SPPD, paspor, visa dan dokumen lain)

Hingga hari akhir, Jumat 06 September 2013, kebutuhan yang sangat penting dari Nomor 3 belum juga selesai. Kami cukup galau karena kami masih perlu menukar uang yen juga. Dan uang dari kantor mencair mendekati sore hari di hari terakhir. Dan akhirnya kami mendapatkan yen dengan harga mahal 1 yen=120 rupiah.

Surabaya-Jakarta

Hari itu adalah hari sabtu tanggal 07 September 2013.
Saya jam 06.00 dari Kediri sudah siap-siap berangkat. Namun beberapa hal membuat sedikit tertunda, karena ketakutan saya akan harga pangan dan biaya hidup disana yang terkenal mahal. Ibu membuatkan saya kering tempe sejak pagi buta dan jam 06.00 pagi belum selesai. Akhirnya batal yang saya bawa dengan tergesa bukan kering tempe, namun tempe kering goreng. Saya juga segera meluncur ke pasar. Yah... Berburu mie gelas, mie yang paling praktis karena cukup diseduh dengan air panas. Dan gagal... yang saya peroleh adalah telur asin sebanyak 10 buah masih panas dan susu instan. Agak grogi juga takut ketinggalan pesawat, saya masih harus berpamitan dengan mertua. Saya diantar istri dan anak sedikit agak ngebut dari biasanya. Alhamdulillaah semua selesai sebelum jam tujuh. Dan saya berangkat dengan bus ke Surabaya sekitar jam 07.00.

Diperjalanan saya masih berburu mie gelas, saya calling teman-teman yang ada di Surabaya. Saya minta tolong mas Arif yang juga kebetulan lagi berburu mie Gelas. Singkat cerita saya sampai di Bandara pukul 10.30 tepat. Sangat beruntung tidak terlambat karena macet. Dan disana sudah menunggu teman kami Angga, Pak Winanto, Pak Jupriyadi, Indra, Mas Nasruddin dan Hafids. Tak lupa juga hadir satu-satunya wanita, Shifa yang akan mengantar kami sampai Jakarta. Sementara teman saya yang saya titipi mie gelas, Mas Arif belum datang. Begitu juga teman kami yang lain, Pak Suandiarto, Mas Anwar Hamidi, Pak Dwi belum juga datang.

Tepat jam sebelas kami memutuskan untuk check in. Karena pesawat kami boarding jam 11.25. Waktu itu kami menggunakan pesawat citilink. Ternyata prediksi kami tepat, waktu untuk check in sudah mau habis dan teman-teman kami yang lain tidak bisa melakukan check in. Dan dengan agak kacau karena harus berkomunikasi dengan teman yang terlambat, akhirnya tiket mereka tetap tidak bisa tertolong. Dan akhirnya  singkat cerita kami hanya terbang bertujuh. Sedang teman kami yang empat tiketnya hangus dan harus mencari tiket di penerbangan berikutnya.

Menjadi tidak ada yang istimewa dalam penerbangan Surabaya-Jakarta kali ini. Karena teman kami empat tidak bisa ikut terbang karena keterlambatan mereka yang menjadi bumerang bagi meraka dan juga kami. Citilink, maskapai yang tepat waktu, kami sangat respect padanya. Kedepannya, tepat waktu adalah salah satu point penting bagi kami bahwa terlambat akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Jakarta (Sukarno-Hatta)

Di Jakarta kami bertemu dengan Maliza yang membantu kami sejak awal, serta di mensupport kami membawakan barang-barang kami dari Terminal 1 Sukarno-Hatta menuju Terminal 2 International Sukarno-Hatta. Kami menunggu penerbangan berikutnya ke Tokyo Jepang jam 21.00. Teman-teman kami dari PJB Jakarta satu persatu juga mulai datang Mas Wahyu, Mas Gancis, Mas Fajar. Selain itu temen-temen dari Surabaya akhirnya mendapatkan penerbangan jam 15.00 yang akan bersamaan dengan kedatangan Ibu May yang akan menemani kami hingga seminggu di Jepang.

Hingga akhirnya menjelang Magrib jam 17.00 kami segera memutuskan check in, dan menunggu didalam ruang tunggu yang lebih nyaman. Ini adalah penerbangan internasional perdana saya. Kami menggunakan maskapai ANA (All Nippon Airways) Kelas Ekonomi. Kesan pertama ketika check in di maskapai ini agak berbeda dengan check in biasanya. Ada pembatas antrian yang lebih jelas dengan menggunakan tali pembatas. Tidak seperti check in pada penerbangan lokal. Antrian lebih tertib dan lebih berdedikasi. Dan hal ini ternyata menjadi salah satu pembeda mencolok kelak setelah kami tiba di Jepang. Cara mengantri pada check in sangat enak dan tertib.

Jadi dalam satu area check in ada beberapa tempat/ pos/ loket check in (di beberapa bandara seperti Narita untuk bagasi  ada loket-loket khusus antrean bagasi, sedangkan check in dilakukan secara elektronik oleh penumpang di komputer-komputer yang tersedia). Kami mengantri mengular berbelok belok mengikuti tali batas antrian. Antrian berhenti hingga di ujung dua tali pembatas. 2 meter dari antrian berjajar loket-loket untuk check in. Bila ada loket check in yang kosong maka pegawai di loket tersebut akan menyapa pengantri dengan sopan dan menunduk khas Jepang. Dan satu pengantri maju menuju loket yang kosong. Begitu seterusnya.

Agak lama harus mengantri, namun lebih terasa tertibnya dan lancarnya. Akhirnya giliranku untuk maju. Saya meletakkan barang bagasi di timbangan di samping loket. Saya diminta menunjukkan paspor dan tiket. Saya di tanyai beberapa pertanyaan mengenai bawaan bagasi, dia menunjukkan tabel barang-barang yang perlu perhatian khusus maupun dilarang masuk dalam bagasi. Dan saya menyampaikan tidak ada barang khusus maupun terlarang. Dan proses check in pun berjalan lancar, Saya perlu membayar 150 ribu rupiah untuk tax airport khusus di Sukarno-Hatta. Saya dikasih tiket dan Nomor bagasi (Lugage bahasa Inggrisnya).

Saya dalam perjalanan ke Jepang tidak membawa banyak barang, dan itu memang yang terbaik dan pas.  Antara lain:
  1. Tas ransel besar:
  1. 1 Kaos ( berkerah)
  2. 2 Kaos untuk bekerja
  3. 2 Wear Pack untuk bekerja
  4. 2 Celana Dalam
  5. Sarung bisa untuk sajadah
  6. Peralatan mandi, sikat, odol, kanebo, shampo botol kecil
  7. Sepatu jalan-jalan semi formal
  8. 2 plastik Tempe Kering goreng
  9. 10 Telur Asin
  10. 2 kotak kecil susu dancow bubuk
  11. 5 saset kopi onstan
  12. Obat-obatan  : mixagrip, antangin, enervon C, Propolis
  13. Kunci gembok kecil untuk ransel
  14. Sepasang Kaos Kaki


  1. Tas Ransel dibawa ke kabin
  1. Laptop (saya bawa Netbook) dan accessories
  2. Surat dokter, dan dokumen lain selain passport
  3. 220.000 Uang Yen,
  4. Dompet berisi rupiah, KTP dan ATM sementara diistirahatkan dalam ransel
  5. Alat tulis: Note kecil, bolpoint
  6. Badge perusahaan
  7. Beberapa tas kresek, tisue, isolasi lakban untuk proteksi tas ransel
  8. Hand Gift untuk orang jepang, saya bawa Sarung tiga buah
  9. Sisa ruang untuk snack dan botol minum

  1. Tas Pinggang
  1. Passport
  2. Tiket
  3. Beberapa lembar uang yen
  4. Handphone
  5. Charger
  6. Kunci Gembok Ransel
  7. Head set

  1. Melekat dibadan
  1. Kaos
  2. Hem
  3. Sepatu safety
  4. Jaket
  5. Kaos kaki
  6. Celana dalam
  7. Celana pendek

Bagasi saya ditimbang hanya 12 kg (Ketika pulang hanya 15 kg). Berbeda dengan teman-teman untuk barang bagasi saja rata-rata mendekati batas maksimum 20 kg. Mungkin terlalu banyak pakaian yang mereka bawa. Bagi saya membawa barang yang seminimal mungkin dan sesuai kebutuhan sudah cukup. Pakaian bisa bergantian kita cuci. Pertimbangan lain membawa nemda sesedikit mungkin adalah nanti ketika pulang masih punya space banyak untuk membawa oleh-oleh.

Membawa bahan makanan yang awet cukup menghemat pengeluaran sarapan pagi dan makan malam saya di Jepang. Setiap kali makan rata-rata 400 yen (50 ribu rupiah). Untuk sarapan saya cukup membeli nasi instan yang hanya 128 yen (15 ribu rupiah) berlauk tempe kering, segelas susu, dan pisang. Buah pisang paling murah di Jepang, Empat buah pisang seharga 100 yen (12 ribu rupiah), bisa untuk dua hari.

Namun meskipun persiapan saya sudah matang, ada satu benda yang tertinggal lupa saya bawa. Ikat pinggang. Tapi tidak menjadi masalah. Yang sedikit kedodoran bagi saya hanya celana wear pack, dan saya akali dengan mengikat dua lubang sabuk celana dengan tali. Beres deh.

Oke, Setelah selesai check in, kami masuk keruang berikutnya. Keruang imigrasi, kami disana mengantri. Passport kami distempel di halaman Visa. Dan selanjutnya kami bebas masuk ruang International, didalamnya terdapat lounge, warung makan, toko oleh-oleh, toilet, mushola dll. Disana kami sholat dan makan. Selanjutnya kami masuk ruang tunggu, kami harus melewati scanner pemeriksaan sekali lagi. Sepatu safety saya menjadi kesalahan. Saya harus lepas sepatu safety, jaket dan laptop dikeluarkan dari ransel. Tapi overall lancar. Oiya jangan lupa botol air minum yang berada di dalam ransel dan di scanner harus kosong untuk lolos dari sini atau anda harus membuangnya atau meminumnya disitu juga seperti teman saya. Namun ada teman yang lolos dengan memasukkan botol airnya kedalam saku celananya sehingga lolos dari deteksi metal.

Begitulah kami berada di ruang tunggu pukul sekitar 19.00. Dan kami masih bisa santai menunggu penerbangan hingga pukul 21.00 dengan tenang.

Kamis, 01 Agustus 2013

Marhaban ya Ramadhan-Marhaban ya Duri (Part 4 : Berkah berduri)


DURI YANG BANYAK DURI

Bapak Agus cukup lincah melintas jalan-jalan kota Pekanbaru. Jalan layang yang setahun yang lalu belum jadi, sekarang sudah bisa dilintasi dan perjalanan menjadi sangat lancar. Suasana Pekanbaru sekarang terasa lebih asri. Jalan-jalannya lebar dan lancar. Di sisi kanan dan kiri banyak pepohonan yang rindang, trotoar serta jalan-jalannya halus dan bersih, sangat meredam kesan panas diluar ruangan. Mobil kami terus melaju lancar, membuat mataku menyapu setiap bagian kota tanpa koma. Hanya sekitar 10 menit kami sudah membelah kota Pekanbaru dan sudah berada di luar kota Pekanbaru.

Mulailah di luar Pekanbaru tampak di kanan kirinya perkebunan sawit sepanjang jalan. Jalan-jalan masih tampak baru sepanjang keluar Pekanbaru sampai kota Minas. Jalan-jalan juga cukup lengang, mungkin karena hari minggu truk-truk besar yang merayap yang biasa mengangkut minyak dan kayu tidak ada yang melintas. Selepas Minas beberapa titik jalan ada sedikit kemacetan karena ada pengecoran jalan. Terpaksa dilakukan sistem buka tutup jalan, namun masih tertib dan lancar. Pemandangan yang konstan dengan sawit, membuat mata terpejam teman-teman yang duduk dibelakang.

Semakin menjauh dari Minas, semakin banyak titik jalan mulai bergelombang, ambles karena beban roda dari truk-truk berat. Apalagi mendekati Kandis, jalan mulai semakin banyak yang rusak dan bergelombang parah. Kesan panas juga semakin terasa. Di sisi kiri dan kanan masih di iringi dengan sawit dan sawit.

Perjalanan sudah berlangsung 2 jam dan semakin mendekati Duri. Perjalanan semakin bergelombang laksana duri ketika mengejar deadline sebuah proyek. Mobil kami harus terus bergoyang ke kanan dan ke kiri. Meski skok mobil cukup empuk tapi goyangannya cukup membuat perut puasa kami terganggu kenyamanannya. Sekitar setengah jam kemudian akhirnya kami sampai di Duri.

KONFLIK PLTG DURI

Tidak lama, mobil kami meluncur ke Unit Pembangkit PLTG. Dari pihak holding PLN menyebutnya PLTG Balai Pungut. Karena lokasi PLTG tersebut adalah di desa Balai Pungut-kecamatan Pinggir. Namun menjadi sedikit dilema dalam komunikasi dan admnistrasi, karena kawan-kawan kami, menyebutnya dengan nama PLTG Duri karena keberadaannya masih dalam wilayah Kota Duri.

Pak Agus mengarahkan kemudinya belok kiri ketika ada persimpangan yang menunjukkan arah ke Pembangkit. Mobil kami mulai berjalan pelan karena sekitar 500 meter lagi sudah memasuki area pembangkit.
Mulailah saya yang duduk didepan sejak berangkat tadi, memperhatikan pemandangan sekitar. Disamping kanan jalan tampak tower tinggi jaringan 150 kV berjajar hingga kesuatu ujung didepan sana. Terdapat kawat-kawat transmisi 150 kV menjalar diatas dari towerke tower yang lain hingga akhirnya melambai turun ke sebuah substation. Substation 150 kV, sebuah area yang berisi Transformator daya dan beberapa peralatan pemutus listrik. Pada struktur-struktur besinya  bergantungan isolator dari keramik seperti pentol cilok kecoklatan yang sudah siap disajikan. Isolator-isolator tersebut memegang kawat-kawat jaringan 150 kV yang merambat dari tower-tower tadi. Dan semakin ditelusuri akhirnya kawat itu berhenti di ujung sebuah bushing dari Transformator Daya yang cukup besar.

Akhirnya mobil kami memasuki sebuah gerbang. Sekuriti tampak tersenyum dan membiarkan mobil kami masuk. Dari kejauhan kami seolah disambut dua mesin berwarna biru yang cukup besar. Itulah 2 mesin pembangkit bertenaga Gas. Suara gemuruh dan udara panas yang keluar dari stack PLTG seolah sedang berteriak gembira menyambut kami. Saya tatap bergantian 2 PLTG tersebut sambil tersenyum. Sedikit berbeda satu sama lain. Namun saya segera mengenali 1 dari 2 PLTG, yang berada di sebelah kanan. PLTG yang arealnya dibatasi oleh pagar kawat tersendiri. PLTG yang disalah satu sudutnya terdapat tulisan khas berwarna biru. Suatu simbol dari perusahaan pembangkit. PT PJB Services.

SI TUA YANG BANDEL

Itulah pembangkit yang akan saya temani selama seminggu kedepan. Dibawah O&M PT PJB Services. 1 dari 2 pambangkit bertenaga Gas, yang belakangan aku ketahui ternyata masih memakai bahan bakar solar, solar yang terkenal sebagai bahan bakar yang cukup mahal untuk pembangkit, setelah gas dan batubara.

Dan sudah menjadi instinc bagi saya seorang yang bergumul dalam dunia pembangkit listrik. Yang pertama menjadi sasaran perhatian saya adalah mesin Pembangkitnya. Saya selami PLTG tersebut dari ujung rambut hingga ujung kakiknya. Sangat jauh dari bayangan yang ada dalam benakku sebelumnya. PLTG yang sudah berumur puluhan tahun berasal dari Madura tersebut masih tampak bagus. Hampir tidak ada karat yang biasanya menyelimuti logam tua, apalagi dia adalah mesin out door. Desing suaranya yang mantap menandakan kinerjanya masih bisa menerangi propinsi Riau. Udara yang keluar dari stack juga tanpa warna, menunjukkan performa pembakaran yang sempurna. Kusapu benda-benda disekitar PLTG juga dasar-dasar lantainya, semua bersih tanpa warna coklat atau hitam dari minyak yang biasanya bocor pada mesin tua. Sungguh unit yang bisa dihandalkan. Unit yang pasti membanggakan para operatornya. Unit pembangkit yang mudah perawatannya. Unit pembangkit yang membuat betah para pekerjanya. Unit tua yang sangat bandel.

Disamping masing-masing pembangkit terdapat gedung kantor untuk administrasi pembangkit dan operator. Semua area bangunan PLTG masih baru, belum ada pepohonan yang meredam panasnya senyum matahari. Beberapa tanaman masih kecil-kecil dan sedang puasa dibawah terik matahari.

Diluar pagar area pembatas PLTG tampak masih berantakan. Tanah-tanah urukan masih belum diratakan dan pembangunan fasilitas juga tampak masih dilanjutkan. Semua area diluar pagar PLTG masih tampak seperti suasana proyek Pembangunan.

Marhaban ya Ramadhan-Marhaban ya Duri (part 3 : New Sultan Syarif Kasim)



Penerbangan pertama, pesawat berangkat tepat jam 06.00 WIB dari Juanda. Tiba di Sukarno Hatta jam 07.00 WIB. Kemudian transit cukup lama di Sukarno Hatta hingga jam 09.40 WIB. Selama perjalanan udara, baik Juanda-Sukarno Hatta maupun Sukarno Hatta - Sultan Syarif Kasim (Riau), hampir 50% perjalanan saya habiskan untuk memejamkan mata, dengan tujuan supaya perjalanan terasa lebih singkat. Sedangkan 50% yang lain terjaga karena beberapa kali pesawat bergetar akibat turbulensi.

Setelah menempuh perjalanan selama 1,5 jam dari Sukarno Hatta, tepatnya sekitar jam 11.30 WIB, akhirnya pesawat mengumumkan akan segera mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim - Riau. Terdengar sayap kanan dan kiri mengeluarkan sirip-sirip tambahan. Kecepatan pesawat diturunkan. Tampak di bawah mulai terlihat jelas perkebunan sawit yang luas membentang. Sungai yang berkelok-kelok kecoklatan tampak membelah hijaunya perkebunan sawit. Pemandangan diluar jendela terlihat cerah dan panas. Terlihat jelas beberapa bagian tanah yang berwarna putih kecoklatan khas tanah Riau. Tampak silau dari atap-atap rumah dari seng menambah kesan panas propinsi Riau.

Pesawat sedikit bergoyang kekiri dan kekanan. Kakiku mulai tegang. Tanganku tidak sadar memegang punggung kursi didepan saya. Kulirik tetangga sebelah, seorang lelaki sebaya denganku, juga tegang demikian. Pesawat semakin dekat dengan landasan. Dan... Semakin dekat. Dan... Terdengar turbine pada pesawat dimatikan. Suasana seketika senyam hening. Dan.... "Bles.....!!". Pesawat menyentuh landasan cukup keras namun mantap tanpa ragu-ragu seperti atlet sky yang melompat mendarat di salju. Pesawat masih berlari kencang dilandasan. Terdengar gemuruh yang keras dari sayap dan roda yang mencoba untuk mengurangi laju lari pesawat. Dan jantung saya masih berdebar-debar. Tak lama pesawat sudah bisa dikendalikan dan berjalan dengan pelan. Alhamdulillaah... Saya masih hidup dan mendarat dengan selamat. "Selamat datang di bandara Sultan Syarif Kasim- Pekanbaru-Riau, waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB, tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Pekanbaru" begitu kalimat yang diucapkan pramugari melalui pengeras suara pesawat.

Sementara pesawat masih berjalan menuju tempat parkirnya, saya sudah mulai tenang dan menyempatkan untuk melihat keluar jendela. Suatu pemandangan yang baru, sebuah bangunan yang modern didominasi warna abu-abu warna logam yang cukup megah, Bandara Sultan Syarif Kasim sudah berubah, Bandara yang baru. Terlihat juga masjid disebelah kirinya sangat cantik dan megah, bermotif bathik khas propinsi Riau. Didepan Bandara baru, tampak sisa-sisa bangunan bandara yang lama yang sudah diratakan dan sedang segera dijadikan tempat parkir pesawat.

Setelah mengantri, dan berada di luar dari pesawat, kami disambut dengan silaunya matahari dan udara hangat yang berhembus. Di luar kami harus mengantri untuk menaiki shutle bus menuju ruang bandara. Karena bangunan bandara belum 100% selesai, tepatnya pesawat harus parkir agak jauh dari fasilitas Garbarata, maka penumpang tidak bisa langsung menuju ruang bandara melalui Garbarata. Setelah sedikit berdesakan, akhirnya kami bisa menaiki shutle bus yang ke dua. Bus melaju pelan menuju gedung bandara. Kemudian belok kiri untuk memutar karena arah parkir penurunan penumpang hanya satu arah.

Setelah bus berhenti, kami turun dan masuk memalui pintu masuk bandara. Dan "Cesss..." udara dingin kembali memeluk kami. Ruang bandara yang dingin tidak seperti bandara yang lama yang seingat saya tanpa AC. Kami terus menyusuri ruangan dan langsung menuju pintu keluar bandara. Sedangkan sebagian besar penumpang mengambil langkah belok kiri untuk mengambil barang-barang bagasi mereka. Sedangkan kami, sudah otomatis tidak ada yang membawa banyak barang bawaan. Cukup tas ransel yang kami panggul di punggung. Tas ransel kira-kira berisi 2 stel pakaian kaos, celana dalam dan wear pack, 1 laptop dan perlengkapan mandi.

Kami tiba di pintu keluar bandara, dan langsung familiar dengan orang berseragam biru telur asin yang sedang duduk tersenyum kepada kami. Bapak Agus juga namanya seperti nama teman kami, beliau sudah cukup tua namun masih tampak sehat dan kuat. Pak Agus langsung berdiri dan langsung menyambut kami.

Marhaban ya Ramadhan-Marhaban ya Duri (Part 2 : Marhaban yaa Riau)


PROPINSI PENUH RINDU

Tak terasa sudah setahun saya tidak pernah kembali ke Riau. Rasanya seperti baru kemarin saya menyelesaikan proyek di Dumai-Propinsi Riau. Sebuah proyek yang membuatku menghabiskan tiga tahun pertamaku bersama PT.PJB Services. Proyek EPC pertama yang pernah dilakukan oleh PJB Services. Sungguh luar biasa dan gemblengan yang luar biasa bagiku memperoleh kesempatan spesial terlibat banyak dalam proyek tersebut.

Dan besok minggu, akhirnya, aku bisa berkunjung kembali ke Riau, meski ke tempat yang berbeda. Namun rasanya pasti akan sama saja, tempat panas yang kurindukan. Ku rindu akan udara pagi yang aromanya khas dengan campuran kabut asapnya. Ku rindu dengan banyaknya buah Durian yang menghiasai pinggiran jalan, buah yang membuat kakiku agak kaku karena terlalu sering menggaulinya. Dan kurindu aroma masakan-masakan bersantan kental, beraroma rempah-rempah yang kaya bumbu, yang tidak terlalu cocok dengan lidah jawaku. Dan yang paling kurindukan adalah, kesan panasnya propinsi itu, yang begitu menyengat karena dekatnya dengan katulistiwa, propinsi yang dibagian kota Duri dan Dumai cukup gersang, sulit mendapatkan air bersih, namun propinsi yang sangat kaya. Riau, propinsi yang bagian atas tanah dan bawah tanah adalah minyak.

PERJALANAN YANG BERAT

Tidak mudah hari ini, minggu pagi buta, jam 00.00 WIB, Kediri. Saya memaksa bangun sendiri dan sendirian untuk segera sahur dan bersiap-siap berangkat ke Juanda-Surabaya. Udara dingin ketika malam antara bulan Juli - September yang terkenal dengan musim bediding di kediri adalah musim terdingin dengan kiriman angin yang berhembus cukup kencang sepanjang malam dengan udaranya yang kering dan dingin. Terasa semakin berat untuk membuka kelopak mata dan tubuh. Empuknya ranjang dan cantik tulusnya istri yang tertidur manis memeluk bantal guling seolah memanggilku untuk kembali kepelukannya.

Hanya tiket, tiket yang memaksaku untuk harus bangun, karena pesawat tidak akan menungguku dan uang 2,3 juta Rupiah akan hangus. Andaikan aku bisa ke Riau dengan 6 jam naik bus Harapan Jaya pasti akan kutunda bangun tidurku. Tapi, tidak mungkin. Dan akhirnya aku membasuh muka tangan dan kakiku dengan wudlu yang cukup mengusir rasa kantuk dan dingin, sementara.

Jam 01.15 WIB aku sudah berada di pertelon desa ngadiluwih. Tempat bus jurusan surabaya pasti berhenti dan menaikkan penumpang. Alhamdulillaah setelah menunggu 30 menit, bus datang. Dan sangat Alhamdulillah bus Harapan Jaya Ekonomi AC yang membawaku menuju surabaya tepat berangkat jam 01.45 WIB. Awalnya sempat khawatir, bus lama tidak melintas dan membuatku akan terlambat sampai Juanda. Namun, sungguh beruntung, yang biasanya kalau sebelum pagi, hanya bus ekonomi tanpa AC yang melintas. Bus yang angin dinginnya masuk kedalam melalui jendela dan pintu terbuka yang pasti akan membuat badan saya masuk angin.

Lebih cepat dari dugaan, setelah sepanjang jalan didominasi dengan mata terpejam dan tidur, bus ternyata sudah sampai terminal Purabaya-Bungurrasih-Surabaya (Sidoarjo) pada jam 03.45 WIB. Dan langsung, saya bermanufer menuju bandara Juanda dengan bus Damri 20 ribu rupiah. Bus Damri khusus Juanda yang parkirnya berada di sebelah kiri tempat kedatangan Bus Umum.

Dan sampai bandara tepat jam 04.15 WIB. Melakukan check-in dibandara yang ternyata sudah sangat ramai dan antrian check in untuk penerbangan jam 06.00 WIB sudah cukup panjang. Selepas check in adalah kesempatan untuk sholat subuh dilantai 2 bandara Juanda. Kemudian saya sempatkan duduk di salah satu deretan kursi ruang tunggu, karena mata masih terasa berat, saya kira cukup untuk memejamkan mata sejenak sambil menunggu Agus datang di Juanda.

Namun ternyata mata sulit terpejam karena ada rasa khawatir bila Agus tidak melintas. Sesaat aku melihat dikejauhan beberapa orang menghampiri counter asuransi di dekat lift dari lantai 1 bandara. Counter asuransi yang tidak wajib bagi penumpang untuk membelinya. Hanphone saya bergetar, ternyata ada SMS. " Yud... Ayo, kabeh wes mlebu pesawat! Aku berempat karo konco ODP4, 3 orang". Oh... Ternyata Agus sudah boarding duluan, dan aku tidak dikasih tahu bahwa kita tidak berdua menuju Riau.

Marhaban ya Ramadhan-Marhaban ya Duri (Part 1 : Marhaban yaa Ramadhan)



Sungguh berkah bisa merasakan lagi datangnya Ramadhan. Namun rasanya, datangnya Ramadhan kali ini akan sedikit berbeda. Tapi Semoga akan tetap berkah.

Pada umunya sehari-hari masih berada di ruang yang sama, mengisi ruang yang sama. Kalau difikir-fikir menjadi kurang bermanfaat bila selalu berada ditempat yang sama dalam suasana kurang manfaat, kurang mendukung lingkunganku.

Berfikir? Apa yang harus dilakukan.

Sementara kita lewati saja, apa yang saya tulis semoga bermanfaat.
Beberapa hari ini sedang sibuk berfikir dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke Jepang. Mempelajari budaya Jepang, sedikit belajar bahasa jepang, yang terpenting mempelajari mechanical Turbine dan Bahasa Inggris yang bagiku masih cukup sulit meski sudah saya perlajari sejak SMP. Suasana siang yang lagi panas diluar ruangan membuatku semakin mantap untuk mempersiapkan diri belajar hal tersebut didalam ruangan kantor yang dingin.

Hembusan angin membuat banyak temen-temen disekitar tentram terdiam. Kecuali satu teman saya yang tidak bisa diam. Tiba-tiba menyapaku dari sudut ruang yang lain. "Yud, Oiyo... Aku nggowo tiketmu!" ujar temanku yang suaranya terkenal cukup lantang kalau berbicara. "Ha!?... Tiket opo?" spontan dari pikirku, tiket perjalanan ke jepang atau cuman bercanda?. "Iki... Tiket nyang Duri!" jawab temanku itu, yang di bajunya tercantum badge bernama Agus. Akhirnya aku datang menghampiri, dan Agus memberiku secarik kertas. Tertulis dalam kertas tersebut, Lion air, Keberangkatan surabaya-jakarta-pekanbaru, pukul 06.00 WIB hari minggu tanggal 21 Juli 2013. "Tiket gawe opo iki? Tugas opo?" tanyaku. "Seminggu di Duri mendampingi temen-temen disana seminggu, gantiin temen-temen operator di PLTG Duri yang lagi tes kompetensi di Palembang" jawab Agus. "OOOkeh!" jawabku semangat.

Rabu, 22 Mei 2013

Sabar (Part 2)


Kesabaran adalah suatu yang sangat berat. Saat bersabar dari suatu kejadian, kejadian itu akan membekas hingga tua. Perasaan untuk mengikhlaskan suatu kejadian sangat berat dilupakan. Kaitan dengan kesabaran sangat erat dengan pendzaliman. Saat seseorang di dzalimi dan dia tidak bisa berbuat apa-apa, maka dia harus bersabar. Dalam perjalanan hidup hampir semua orang pernah didzalimi oleh orang lain. Pada umumnya akan meninggalkan bekas luka yang mendalam dalam hati. Ketidak ikhlasan yang membekas hingga tua. Apakah seperti itu, mereka sudah bersabar?. Kesabaran kita seharusnya memang tidak ada habisnya.

Berkaitan dengan pertanyaan mas Fauzi, ditulisan saya yang berjudul "Sejengkal Tanah". Juga berkaitan dengan kesabaran. Ketika hak kita direbut oleh orang lain, ada pilihan memerangi atau bersabar. Apa yang kita pilih?. Harus kita pertimbangkan baik dan buruk dari tindakan yang kita ambil.

Beberapa kejadian memang saya memilih merelakan hak saya di ambil orang, dengan niat bersabar karena Tuhan, karena semua yang ada di dunia ini milik Tuhan. Tentu saja ini tidak mudah. Perasaan tidak Ikhlas dan merasa didzalimi akan terus membekas dalam ingatan.

Seperti dalam cerita Sejengkal Tanah. Setelah Bapak S meninggal, saya merasa iba dengan keluarga beliau yang dalam kondisi ekonomi lemah. Dia meninggalkan seorang istri dan seorang anak. Maka setelah sepeninggal Bapak S, pepaya yang di tanam beliau tidak saya pangkas semuanya. Saya biarkan tetap berbuah untuk pohon pepaya yang sehat. Sedangkan yang tampak tidak berbuah dan tidak sehat saya pangkas. Semoga tindakan yang saya lakukan saling menguntungkan dan tidak merugikan siapapun.

Jadi pertimbangannya sebagai berikut:
  1. Pohon pepaya bisa tetap memberi manfaat orang lain, istri bapak S.
  2. Menjaga hubungan baik antara saya dan keluarga Bapak S, yang kelak akan menjadi tetangga saya.
  3. Di antara tanaman pepaya saya tanami tebu, untuk bibit kelak di tanam di sawah kami.

Dan setelah kami aplikasikan tindakan tersebut. Hubungan kami dengan keluarga almarhum bapak S tetap baik. Beberapa kali panen pepaya kita juga mendapat manfaat. Bahkan panen daun pepaya 10 ribu rupiah, oleh keluaraga bapak S uang tersebut juga diantar kepada kami. Sementara tanaman tebu yang kami tanam diantara pohon pepaya tetap bisa tumbuh dengan baik. Alhamdulillaah.

Sabar (Part 1)


Matahari masih sangat cerah. Komposisi sinarnya dengan sangat tepat menyinari pohon jambu berbiji merah di halaman depan sebuah rumah. Pohon jambu itu sangat menjadi favorit penghuninya. Rasa buahnya yang manis dan dagingnya yang terasa gurih segar membuat setiap jambu tidak bertahan lama bergelantungan di dahannya. Kulitnya yang hijau dan sedikit kekuningan ketika sudah masak membuat jambu akan samar tersembunyi diantara daun-daun hijau dan tua kekuningan.

Tampak dibawah pohon seorang anak pemilik rumah berumur 7 tahun berbadan kurus dan berkulit coklat gelap. Sebuah genter (bambu untuk meraih jambu) dari bambu kering kecil dan panjang ada digenggamannya. Dia meneliti kesemua bagian dahan pohon jambu untuk menemukan jambu yang layak untuk dia raih. Tampak dari mata anak itu akhirnya berhenti di dua tempat. Dia hanya menemukan dua buah jambu di dahan yang berbeda. Satu jambu berwarna hijau tua, sudah layak untuk dimakan dan posisinya berada didahan yang rendah dan mudah dijangkau dengan genter di genggamannya. Jambu ke dua berwarna kuning keemasan sempurna dan sangat siap untuk dinikmati. Namun jambu ke dua berada didahan yang lebih tinggi tidak terjangkau dengan genternya. Dia perlu melompat lompat untuk mendapatkan jambu ke dua.

Kedua jambu itu laksana cita-cita bagi anak itu. Dia berjanji dalam hati "akan ku raih jambuku hingga nafas penghabisan". Hingga tersirat dalam pandangan matanya "Jambu kuning keemasan dan hijau tua, tunggu kedatanganku".

Kemudian anak itu berencana untuk mendapatkan jambu pertama yang hijau tua, karena pertimbangan lebih mudah. Dengan susah payah dia mendirikan genter bambu tersebut dengan kedua tangan. Ujung genter ditahan dengan satu kakinya supaya mudah diberdirikan.

Ketika itu, datanglah tamu, dua orang dan satu anak umru 5 tahun. Mereka mengendarai satu sepeda motor tua merk yamaha memasuki halaman rumah. Tampaknya, yang berada disepeda motor paling depan dan memegang kemudi adalah Bapak dari anak yang duduk ditengah. Dan ibunya duduk dipaling belakang. Sang ibu turun dan segera bertamu masuk kedalam rumah. Sedangkan Bapak dan anak pengendara sepeda menunggu dihalaman, tepat tiga meter dari anak pemilik rumah yang sedang menggapai jambunya.

Anak pemilik rumah masih sedang bersusah payah mengambil jambu pertama dengan genternya. Beberapa kali genter itu disodokkan pada jambu hijau tua, namun jambu tua masih enggan jatuh dari dahannya. Sementara bapak bersepeda tua terpaksa menatap keatas melihat apa yang sedang diraih anak pemilik rumah. Si Bapak melihat jambu tua sedang diincar oleh genter. Kemudian dia menggeser matanya kedahan lain melihat beberapa jambu yang muda. Melihat beberapa jambu yang masih "pentil". Dan, ketika menggeser penglihatannya agak kedahan yang lebih tinggi dia menemukan "emas". Jambu keemasan yang agak tersembunyi di balik daun-daun yang ikut menguning. Tentu saja emas itu adalah jambu kedua yang sudah diincar lebih dahulu anak pemilik rumah.

Si Bapak terpesona dengan keemasan jambu tersebut. Lalu dia melihat anaknya yang kurus berada dibelakang punggungnya. Anak tersayangnya. Seketika, Dalam pikiran si bapak "aku ingin memberikan yang terbaik untuk anakku. Apapun akan kulakukan untuk anakku". " Termasuk jambu keemasan itu akan kudapatkan untuk anakku". "Jambu keemasan cita-citaku untuk anakku".

Akhirnya...tidak berpikir panjang..
Si Bapak turun dari sepeda dan mendekati anak pemilik rumah
"Nak, mana saya bantu ambilkan jambu itu untukmu" Kata si bapak sambil meraih genter yang sedang dipegang anak pemilik rumah. Dengan maksud si bapak ingin mengambilkan jambu pertama yang berwarna hijau tua untuk si anak pemilik rumah.
"em...." si anak pemilik rumah terdiam melongo tidak sempat berkata-kata melepaskan genter yang dipegangnya, karena gerakan si bapak yang cukup kuat dan cepat mengambil alih genter yang dipegangnya.

"Craaak! Sreek........ Bruk!" Hanya sekali sentak genter dari si bapak,  jambu hijau tua incaran pertama si anak pemilik rumah terjatuh ditanah.

"Nak itu jambumu... Ambillah" kata si bapak memandang si anak pemilik rumah.
Sejurus kemudian si bapak kembali mendongakkan kepalanya ke atas.
" Sekarang aku akan mengambil jambu yang lain, untuk anakku" Kata si bapak  siap mengincar jambu yang lain, yaitu jambu keemasan. Tanpa memperhatikan raut muka si anak pemilik rumah.
Si anak pemilik rumah menyadari bahwa si bapak akan mengambil jambu keemasan yang sudah diincarnya untuk anaknya. Jambu keemasan cita-citanya. Detak jantungnya berdenyut terasa lebih cepat dari pada ketika melompat meraih jambu yang pertama. Ada perasaan tidak rela jambu keemasannya di ambil orang lain. Si anak merasa tidak kuasa untuk berkata-kata. Raut muka si bapak yang tua dan berwajah seram itu membuat mulutnya kaku untuk mengatakan kegelisahan. Si anak pemilik rumah diam tak berdaya. Hanya diam.

"Craaak! Sreek........ Bruk!" Tidak lama jambu keemasan sudah jatuh di tanah, diambil oleh si bapak tua, dan di berikan kepada anaknya yang sudah menunggu di atas sepeda motor tuanya.

Si anak pemilik rumah masih terdiam, menggenggam jambu hijau tua. Hatinya remuk redam. Jambu keemasan yang menjadi cita-citanya telah dirampas oleh orang lain. Dia merasa terdzalimi. Tanpa permisi si bapak tua jelek merebut jambu keemasan miliknya. Jambu hijau tua diterkam dengan kuat oleh jari-jarinya. Tampak di kedua matanya marah, tidak ikhlas jambu keemasannya telah direbut orang lain. Jambu keemasan itu seharusnya menjadi miliknya.

"Itu jambu saya!" teriaknya....sambil menunjuk jambu keemasan yang sudah berada di ujung ujung mulut anak si bapak bersepeda tua.
Si bapak dan anak hanya terdiam, melongo. Apa mungkin dia tidak sadar telah menyakiti hati si anak pemilik rumah?.
Si bapak itu terdiam dan tersenyum tidak merasa bersalah. Sementara anaknya tetap melanjutkan memasukkan jambu keemasan masuk kedalam mulutnya. Dan digigitnya.

Si anak pemilik rumah matanya semakin memerah. Dan tiba-tiba....
Si anak pemilik rumah itu berlari....
Tapi bukan mendekat dan melampiaskan kemarahannya ke pada si bapak dan anak di atas sepeda tuanya...
Dia berlari menjauhi sambil menangis..... Dia menangis berlari masuk kedalam rumah....
Dalam hatinya "aku tidak ikhlas...". Namun dibalik ketidak ikhlasan itu si anak tetap bersabar tidak akan melampiaskan kekesalannya karena akan merugikan dirinya sendiri.

Rabu, 24 April 2013

Memulai Senin 22 April 13 (Part2)


Bila menghadapai suatu masalah yang rumit, biasanya... umumnya... terutama saya... mengubah masalah rumit tersebut menjadi sesederhana mungkin. Seperti ungkapan kerennya Gus Dur "Gitu aja kok repot...". Yup membuat sesuatu yang rumit menjadi hal yang sederhana.

Em... Tapi apasih masalah?. Dalam lingkup kehidupan, selain pengertian masalah pada umumnya, masalah adalah mencakup semua pertanyaan yang ada dalam setiap manusia. Setiap pertanyaan yang perlu ada jawaban. Sesuatu yang tidak kita ketahui dan ingin kita ketahui, juga adalah masalah. Ya...Masalah. Mungkin berasal dari bahasa Arab, Masya-Alloh, serius...! makna versiku artinya sesuatu yang masih berada diluar kemampuan kita, yang belum terjawab.

Em...Oke! Kembali ke masalah. Bagaimana menyederhanakan suatu masalah rumit?. Tidak perlu masalah rumit yang perlu disederhanakan. Coba kita ambil contoh, masalah rumit yang sederhana ini (rumit tapi sederhana?). Yup.. contohnya: kalau anak kita yang masih batita bertanya "Ayah, itu apa?". Kita pastinya mencoba menjawab secara sederhana supaya anak kita paham. Menjawab dari warnanya, fungsinya, rasanya... sesederhana mungkin. Itulah, yang rumit disederhanakan. Ingat waktu sekolah?. Didalam pelajaran Matematika, Fisika semua permasalahan disederhanakan menjadi hanya sebuah angka atau sebuah variable.

Biasanya masalah rumit, akan semakin rumit bila dibatasi oleh waktu. Kemudian semakin rumit juga bila masalah tersebut menentukan sesuatu hal yang sangat penting. Dan akhirnya tersebutlah masalah penting. Nah... Itulah, mengubah masalah yang penting menjadi tidak penting. Tujuannya apa?. Sederhana, supaya kita bisa tertidur dengan pulas memeluk istri ketika sudah malam.

Yup... Menyederhanakan masalah rumit.

Bagaimana kalau kita balik?. Merubah masalah tidak penting menjadi sangat penting. Dan supaya lebih menarik, atau judulnya "Merubah yang tidak menarik menjadi sangat menarik". Tepat!. Aku sudah berada dilantai tiga. Dan sedang akan melangkahkan kaki menuju tangga ke lantai 4. Di sebuah kantor tempatku bekerja. Betul!. Aku menganggap hari-hari ini tidak ada masalah penting maupun rumit. Pikiran ini sudah terlalu kosong. Perlu untuk dipicu. Tarik pedal gas lagi. Supaya kembali berlari. Yup...aku perlu merubah yang tidak menarik menjadi sangat menarik.

Huuft... Sungguh susah dan kepalaku mual. Perutku pusing. Pemikiran harus mendalam. Terbukti! bahwa tidak ada masalah... adalah masalah. Sudah ku coba paparkan mulai dari part 1. Ku coba menceritakan sesuatu yang sangat-sangat tidak penting dan sangat-sangat tidak menarik. Aku coba merubah menjadi semenarik mungkin seolah-olah sangat penting. Tentunya menarik dan penting bagiku. Sebelum anda yang membaca bilang "apanya yang menarik dan penting?". Bila anda menjadi koki sebuah restaurant, anda sekarang sedang dihadapkan masalah. Bagaimana anda menyajikan tempe goreng menjadi sangat menarik dan sangat enak. Yes... Masih untung saya bukan koki... pasti gosong tempenya.

Demikianlah kehidupan. Hidup manusia itu sungguh indah. Ada saat penuh masalah, penuh penat, susah sedih, enak tidak enak. Namun ada juga saat dimana tidak ada masalah sama sekali. Bahkan harus mencari dimana masalah berada.

Seperti aku saat ini.
Ketika kaki sedang mulai menginjak anak tangga pertama menuju lantai 4.
Terlintas dalam pikiran sesat.
Ketika aku nanti masuk surga, amiiin.
Disana yang ada hanya kesenangan. Hanya berisi kebahagiaan. Tidak ada kesedihan. Tidak ada permasalahan.
Sehari-dua hari. Seminggu-dua minggu. Sebulan-dua bulan. setahun-dua tahun. Seratus tahun-dua ratus tahun.
Okelah kita seneng-seneng terus.
Tetapi, disana kekal brooo!. Apakah tidak akan membosankan?!. Isinya cuman makan-minum. Bersenang-senang. Apakah tidak ingin mencari tantangan?.
Kalau di dunia, di Bumi, sesekali kita menantang alam dengan mendaki gunung, memanjat pohon kelapa, terjun dari ketinggian. Wallohu A'lam sangat terbatas berfikir kita.

Em..Omong-omong, kalau aku nanti bosan di surga, sesekali waktu lah... coba berkunjung ke Neraka. Hehe.. Tapi jangan lama-lama.

Demikianlah kehidupan. Hidup manusia dibumi ini sebenarnya sudah sangat lengkap dan seimbang. Musisi dari Kediri bilang "Bahkan, Lagu sedih pun... sangat indah untuk didengarkan".

Selasa, 23 April 2013

"Repot Banget Sih!" (sebuah Note dari Facebook)


Selasa, 5 Juli 2011, sekitar 16.50 WIB.....
Back To Dumai

Di Bandara Soekarno Hatta terminal B tujuan Sumatera sedang ramai. Juga di Gate B3 penuh sesak Mamalia tujuan Pekanbaru. Sudah 1 jam menunggu karena dikasih bonus "Dele" dari maskapai Kucing. Wajah-wajah jenuh, make up tampak luntur dan kantong kemih penuh memaksa banyak orang keluar masuk toilet tanpa henti hingga harus sedikit mengantri. Termasuk aku..,Aah..Sudah tak tahan menunggu giliran untuk mengambil nikmat Tuhan di satu jajaran jamban berdiri khusus kencing.

Saat sudah masuk giliranku.. sesaat ketika sedang menyeringai nikmat..Ah...Srrr.
Masuk 4 anak kedalam toilet pria dengan agak berlarian keburu agak terengah-engah... dan gaduh, sebut aja namanya
Ahmad (4 SD, Perawakan: Gendut Gede)
Wahyu (2 SD, Perawakan: Sedang)
Yudi (TK B, Perawakan: Wajah masih kekanakan)
Iyud (Mau TK, cerdas, sok berlagak dewasa, karena paling kecil badanya...tentunya anunya juga, cuma ikut mengantar teman-temannya kencing).

Terjadilah percakapan cepat dan keras diantara mereka, cukup berisik dan mengganggu konsentrasiku menikmati rahmat...Nya.
Iyud          : Ohh... kaya gini ya toiletnya? (matanya menyapu ruangan, agak kagum)
Ahmad      : Keren ya Yud? rumahmu ga ada toilet apa?
Yudi          : Jambannya kan halaman depan rumah, "kali"..haha
(Iyud, masih berdiri mengamati dengan memasukkan dua tanggannya kedalam saku celananya, masih dengan tujuan biar kliatan cool dan dewasa dihadapan kawan-kawannya)
Iyud          : Trusss...ini, kamu-kamu kencingnya dimana...
Wahyu      : ah lu anak kecil... ngompol dicelana aja sana
Ahmad     : Gini niiiih....
Ahmad langsung berlari mengambil giliran kedepan jamban berdiri. Dengan berjinjit agak kesulitan. Membuka resleting. Sedikit menurunkan celana. Dan...  "currr...!!" aah shit!! terlihat oleh semua termasuk aku menjadi saksi... 'AGAK TERCECER'
Iyud          : Hahaa... Yaah.. jaman sekarang... kaya gue dong pake PAMPERS..
                    REPOT BANGET SIH!

Hahahaha... ancurrr!! Aseem!! aku tersinggung!! cerdas juga tuh anak.

Memulai Senin 22 April 13 (Part1)


Hari Senin, waktu itu..

Karena baru sampai di kantor pukul 11.00 siang, alias sangat terlambat, maka aku belum sempat berkeliling menyapa teman-teman, rekan kerja dan bapak-bapak bos di ruang-ruang kerjanya. Dan sekarang, setelah makan siang, setelah mengisi perut, mengisi tangki bahan bakar untuk otak dan tubuhku, setelah sholat dhuhur di lantai 1, lantai dasar kantor, untuk mengisi tangki hati sehingga bersemangat lagi, aku bergegas melangkah kedepan lift dan sekarang sedang menunggu berdiri. Sesaat kemudian pintu lift terbuka, kemudian aku masuk lift dan pintu lift tertutup.

Aku melihat melalui sensor dimataku mendeteksi papan tombol di sudut kanan pintu dalam lift, ada nomor 1 sampai 3, ada tombol menutup pintu "><" dan membuka pintu lift "<>". Sinyal dari mataku mengirim ke otakku, kemudian otakku berfikir dengan energi dari makan siang, berproses... dan berproses sangat cepat. Selain pikiran logis/rasional dari otak kiri (kata ahli mengenai rasional adalah otak kiri) juga di imbangi otak kanan atau ah! sederhananya aku bilang berasal dari hati atau jiwa, khusunya sosial untuk bertemu rekan kerja. Pikiranku masih berputar dengan cepat melebihi kecepatan prosessor Quad Core. Dalam sepersekian detik sejak sensor mataku mendeteksi tombol lift, otakku sudah mendapatkan keputusan dan segera memerintahkan tangan untuk bergerak sangat cepat. Saat itu juga tanganku terlihat oleh mata bergerak dengan sempurna dan cepat menuju sebuah tombol, dan dengan sempurna pula dan pasti telunjuk jari "Tap!!" tertekanlah sebuah tombol. Tombol yang tertekan persis sesuai dengan perintah otak. Perintah yang dilaksanakan oleh tangan dikerjakan dengan sempurna dan cepat, kerja yang sangat bagus. Perfect.

Sesaat setelah tombol ditekan, apa yang terjadi.... Ada yang bergerak dari bagian lift. Bagian itu bergerak... "ZZzzzzt"... Dan benar pintu lift terbuka lagi, Terbuka lagi? Yup... Terbuka lagi tidak jadi pergi naik ke lantai manapun. Dan sekuen selanjutnya setelah tangan dengan sempurna mengerjakan tugasnya, kemudian kaki kanan bergerak melangkah kedepan disaksikan oleh mata bahwa kondisi lantai didepan lift aman untuk dipijak, kaki kanan melangkah sempurna dan cepat, dilanjutkan kaki kiri melangkah dengan sempurna juga. Oke done! Keluarlah tubuh ini dari dalam lift, "Kaki!! Well Done!!", Alhamdulillaah.

Otakku memikirkan dan sekali lagi membenarkan keputusan untuk keluar dari lift sebelum naik. Lebih baik lewat tangga. Alasan pertama, naik ke lantai ke dua kemudian ke lantai tiga adalah untuk melatih kaki menanjak biar lebih kuat. Alasan kedua, kompensasi hujan tadi pagi yang mengurangi jatah kaki untuk berlari pagi. Dan alasan ketiga, lebih cepat karena tujuanku ada di semua lantai secara berurutan, bukankah rekan kerjaku ada disetiap lantai, lantai dua, tiga dan empat. Yup! Keputusan tepat. Alasan Optional, preeet.... menghemat energi listrik, memberi kesempatan bagi yang lebih membutuhkan lift, untuk ibu hamil atau temen-temen yang kakinya masih kaku dipagi ini.

Dengan sadar, dengan kakiku, agak berlari naik kelantai dua. "Tap..tap..tap" Hap....! Kulihat seisi ruangan, kursi-kursi dibalik meja masih kosong, PC di meja juga masih mati, kulihat jam dinding masih jam 13.10, yup.... Mungkin rekan rekan masih sholat atau belum kembali dari istirahat. Segera kulanjutkan kaki ini melangkah menuju tangga berikutnya, yup... Lantai tiga. Go.. Go... Goo..!

Sampailah aku di lantai 3. Tiga meter disebelah kiri tangga lantai tiga terdapat pintu yang sudah terbuka, pintu ruang Operasi. Yup... Lantai tiga terdapat beberapa ruangan, yang dipisahkan oleh tembok-tembok partisi. Dari paling kiri terdapat ruang AI (Audit Internal) yang dipimpin oleh bapak Agus Supriyono, di sebelah kanan ruang AI terdapat ruangan Marketing yang dipimpin... Hm.... Oleh siapa sekarang... Haha sudah lama tidak ke kantor, yang aku kenal pak Catur, Hulail, Frestie, Rudi, Awang disana. Selanjutnya disebelah kanan ruang Marketing terdapat ruang COE (Community of Excelent) Ruangan ini ruangan yang cukup panjang untuk dijelaskan, intinya ruang ini pusat monitoring semua kegiatan dalam perusahaan dan unit-unit dari perusahaan. Dan Sebelah kanan COE inilah ruangan paling luas, Ruang Operasi, yang dipimpin bapak Agus Budi Santoso, ruang yang berada tepat 3 meter dikiri dari tangga lantai 2. Selanjutnya disebelah kanan ruang Operasi terdapat ruang pengadaan yang dipimpin bapak Agus PK.

Aku masuk keruang-ruang yang kusebutkan tadi ternyata masih pada kosong, kecuali ketika aku mau masuk ruang Operasi. Tepat sebelum kakiku melangkah masuk melalui pintunya. Ada sesosok "benda berbalut kain putih" tiba-tiba menyembul dari tengah pintu, dan reflek kakiku seketika terhenti dan terkaget. Ups! Peruut...! Menyembul dari pintu diikuti bagian tubuh yang lain sehingga tampak jelas siapa yang keluar dari pintu Ruang Operasi. "Ups... Assalaamualaikum mas Nudi, selamet siang... Pripun kabare? Kulo Bejo njenengan sinten?" sapa Orang tersebut dengan ramah dan senyum yang renyah membuat siapa saja terkesan dengan sapaannya. "Alaikum salam.. Pak Hari, saya Nudi jongos saking Kediri, Alhamdulillaah sehat". Ya... Bapak Suhari Kahar, beliau baru saja pensiun namun masih bersemangat dan menikmati selama di perusahaan. Beliau begitu ramah bersahaja dan membuat saya segan, sejak pertama bertemu beliau di Dumai, kemudian bekerja sama di Lampung - Besai, dilanjut beliau menjadi Project Manager di Simple Inspection PLTU Asam-asam, aku sangat terkesan dengan cara berkomunikasi dengan siapa saja, sangat menyenangkan, renyah dan harusnya, seharusnya saya belajar dari beliau. Dan selanjutnya, obrolan berlangsung dengan mengalir dan apa adanya dengan beliau, kemuadian saya masuk ruangan dan bercengkrama dengan beberapa rekan kerja, bertemu mas Dian yang sedang asik dengan gadget-gadgetnya. bertemu dengan Ferdiana, "Ibu kami" yang mengatur urusan Surat Perjalanan Dinas yang menurutku dia baik hati kok... meski banyak omongan, dia sedang ditemani anak buahnya "Surga" Jeng Jannah. Disampingnya Ferdiana, bertemu Ibu beranak satu Citra, yes ibu ini cukup stereo dan rancak bana!.

Oke, Over all ruang lantai 3 saat itu jam 13.30 masih sepi. Dan aku pun selesai bertemu rekan-rekan dan akhirnya memutuskan melanjutkan ke lantai 4 melalui tangga, yang berada tidak jauh dari tangga naik dari lantai 2 dan berada sekitar 3 meter juga dari pintu ruang Operasi lantai 3. Senang berada di perusahaan ini overall orang-orang disini ramah seperti keluarga, pressure tiap pekerjaan ditanggung bersama-sama, sangat jarang mengalami stress. Over all para manager sangat bertanggung jawab, bahkan dalam melindungi anak buahnya, juga bagaimana care nya para bos terhadap permasalahan yang dihadapi bawahan-bawahan di lapangan. Salut untuk semua... I love it.

Hujan di pagi dua hari ini


Bismillahirrahmanirrahiim

Berniat memulai hari ini dengan dipenuhi ibadah

Beberapa hari ini aku tidak menulis seuatu
Dan dua hari ini Surabaya dibasahi air dari langit yang dicurahkan oleh Alloh di pagi hari.
Pastinya ini disengaja... Belum tahu apa maksud Alloh menurunkan hujan di pagi dua hari ini.
Bagi banyak orang terutama Bangkongers, Gamers, yang kerja shift sore, sudah pasti memahami dan mensyukuri dengan turunnya hujan di pagi dua hari ini telah menambah nikmatnya tidur pagi.
Juga bagi anak-anak payung, ibu-ibu payung yang ladang mata pencahariannya bertumpu pada terminal Bungurasih tentunya pagi-pagi sudah mendapat banyak berkah dari hujan di pagi dua hari ini, yang secara logika kebanyakan orang orang yang datang dari Krian ke barat - Mojokerto - Jombang - Kertosono - bahkan Kediri atau Madiun untuk beraktifitas di Surabaya, tak akan rela seragam dan sepatunya ketika tiba di tempat tujuannya, di kantor tempat kerjanya menjadi basah karena air berkah dari langit pagi. Terutama lagi, bagi banyak orang dari Surabaya yang akan pergi ke luar kota, pasti lebih banyak yang memakai jasa payung karena dari area ruang tunggu Treminal Bungurasih menuju Bus parkir tunggu penumpang terdapat jarak tanpa atap yang akan cukup membasahi tubuh meski berlari dari hujan.

Terminal Bungurasih, Kira kira setahun terakhir ini semakin padat. Pengguna bus juga semakin menggila. Mobilitas manusia samakin tinggi menggila. Seingatku dua tahun lau tidak separah ini. Kalau hari minggu maupun senin pagi sebelum subuh, aku berangkat naik bus dari Kediri, bus selalu cukup kosong, tempat duduk melimpah. Tapi tahun sekarang, aku pernah mengalami berangkat dari Ngadiluwih jam 2 pagi dimana orang orang seharusnya masih lelap tertidur, aku sudah harus berdiri dengan banyak orang di dalam bus. Tidak pernah sepi. Jaman sekarang, Mobilitas manusia sungguh luar biasa, dari sana kemari dari kemari kesana.

Hujan di pagi dua hari ini, bagi saya, yang di dua pagi ini dan rencananya hingga beberapa hari ke depan sudah berencana sejak hari minggu lalu, telah berniat tiap pagi berlari pagi, untuk meningkatkan stamina dan terutama libido yang agak surut, harus sedikit mengernyitkan senyum ceria yang selalu ada. Hujan di pagi dua hari ini sekenarionya sama, persis, dimulai ketika aku sudah melangkahkan kakiku 50 meter dari gerbang tempatku bermalam.

Di dua pagi ini, Tiap jam 5.20 pagi aku baru terjaga, tepat ketika subuh lima menit lagi habis. Tepat jam 5.30 kakiku sudah terbungkus oleh sepatu olah raga baru yang sudah lama terbungkus dalam kresek disamping kamar mandi. Aku melangkahkan kakiku keluar dari pintu menuju udara bebas yang segar. Ku gerakkan kepalaku kekanan dan kekiri, kugerakkan tanganku memutar kedepan dan kebelakang, kugerakkan kakiku agak meloncat bergerak tidak beraturan, kugoyang goyangkan pinggangku ke depan samping dan memutar yang jelas tidak teratur seperti goyanganya penyanyi dangdutan. Sekedar untuk meregangkan otot, menyiapkan otot otot ini sebelum berlari.

Bismillaah.. Dan aku mulai berjalan keluar dari gerbang... Sekitar 10 meter dari gerbang...mulai aku melangkah agak cepat...  basahnya tanah dan aspal belum menghilang sejak hujan semalam, saat itu aku baru menyadari bahwa langit agak mendung. Angin semilir terasa sejuk menghembus wajah dan beberapa menembus lubang hidungku dan dengan ritme yang tetap aku hirup udara itu hingga masuk kedalam dadaku... Subhanalloh begitu segar seolah mendesak sisa sisa udara pengap yang ada dalam dada, terasa pula serasa darah mulai mengalir dengan lebih sempurna dengan membawa oksigen-oksigen baru... Kepala mulai sedikit terasa bangun. Dan.. Langkahku mulai semakin cepat seperti mau berlari ketika sudah di 20 meter dari gerbang, "tap... Tap... Tap" suara sepatuku mulai mendepak aspal dengan semakin mantap. Ada genangan air tak jauh dari cekungan aspal.. Sensor yang ada dimataku segera mendeteksi dan reflek motorikku bergerak dengan cepat.. "Hap" kakiku melompat tanpa menyentuh air. "tap" dan saat itu pula "Tik", sebelum aku menyadari sensor-sensor peraba disekujur kulitku mendeteksi sesuatu, air, terasa kulit ditangan dan kepalaku merasakan titik air. Ada yang jatuh dari langit... Hanya sedikit dan kecil kecil.. Hanya titik air... Hanya beberapa titik air, cukup kontinyu... "Hap" aku melompat lagi tanpa sadar reflek di tubuhku menghindari genangan air, tidak akan menyurutkan semangatku. 

Pikiran bawah sadarku sedang berlari menggerakkan kaki dan menghindari genangan genangan air, sementara pikiran sadarku memikirkan titik titik air. Dengan cepat pikiran sadarku mengambil kesimpulan, titik air... titik air, pikirku dengan sadar titik air pagi hari itu biasa, mendung berembun sedikit berkabut diatas dan jatuhlah titik titik air dari langit. Oke! dengan mantap dari pikiran sadar diotak memerintahkan kepada otot-otot dikaki untuk lebih semangat berlari. "Hap hap "... "Tap...Tap".

Setelah berlari tidak jauh baru 40 meter dari Gerbang. Dengan cepatnya "Byurrrr"..... Air hujan sungguh telah berjatuhan kebumi dan mulai membasahi tubuhku, reflek bekerja, tak rela tubuhku basah karena hujan, tak rela baju dan sepatu ini basah, aku pun berlari dengan sekencangnya berbalik arah kembali masuk kedalam gerbang dan berlari lagi di bawah atap atap yang tak tertembus hujan. Fiuuhhh... Hujan di pagi dua hari ini membatalkan niatku. Oh... Sebagai ganti kecewa, aku putudkan tetap berlari, berlari-lari di sekitar teras yang pemandangan sekitarnya kurang menyenangkan untuk lari pagi.

Sementara itu, pikiran sadarku masih berfikir hujan di pagi dua hari ini, kenapa?, adakah Alloh menurunkan hujan ini dengan aku? apa karena bangunku yang kesiangan?, atau memang ada maksud lain dari Alloh supaya tidak bertemu dengan tukang pijit yang seminggu lalu tak sengaja bertemu di kios bunga pinggiran jalan ketika jalan pagi dan menawarkan pembesaran "anu"?. Subhanallooh... Maha Suci Alloh, Maha Tahu Alloh.

Rabu, 17 April 2013

Sejengkal Tanah


Merancang sebuah rumah yang kecil, yang effisien bahan bangunan, yang murah cukup memakan banyak waktu. Dan sampai sekarang juga gak selesai selesai. Penyebab pertama kenapa tidak selesai adalah tidak segeranya dimulainya pembangunan.. Haha... Karena lahan masih terpakai. Yang kedua memang niat untuk memulai yang belum kuat karena pertimbangan ini itu yang tidak tentu.

Lahan yang rencana akan dibangun rumah oleh kami adalah lahan perkampungan yang cukup luas, namun sayangnya memanjang, luas nya 50 ru atau sekita 762 m persegi. Kalau dikota, ini sudah tanah yang sangat luas. Justru bingungnya, membuat rumah yang tepat dengan lahan memanjang untuk sekarang maupun masa depan.

Lahan ini cukup strategis, berada disamping perempatan. Di pojok sudut tanah terdapat Polindes yang tiap harinya makin bertambah ramai, berharap kelak, semoga nanti, Polindes diperluas dan memakai salah satu sudut tanah kami. Kemudian, berjarak 20 meter kearah timur terdapat Sekolah Dasar Islam, juga TK. Kemudian sekitar 50 meter kearah utara terdapat Sekolah Dasar, dimana aku dulu juga sekolah disitu. Yang paling penting kearah selatan sekitar 50 meter juga terdapat kuburan, ya! Kuburan umum kampungku, jadi nanti kalo dari kami ada yang mati gak perlu jauh-jauh dari rumah heehee. Tapi untungnya tanah kami ini tidak terkesan angker, cukup jauh dari kuburan dan berada diseberang barat dijalan yang berbeda.

Dari segi history tanah ini, tanah ini menarik, dimulai dari lebih dari 1 tahun lalu. Alhamdulillaah disaat kami cuma punya uang 70 juta tetapi kepingin punya lahan tambahan. Kami iseng-iseng mencari dan akhirnya mendapat tanah yang dimiliki oleh orang terkaya dikampung kami, untungnya beliau bapaknya temen dari istriku, juga beliau kenal dengan keluarga besarku, keluarga kampung, jadi hal itu mempengaruhi cara pembayaran namun tidak mempengaruhi harga pembelian hehe. Alhamdulillaah boleh dibeli 104 juta, tidak berubah dari harga penawaran huufft.... tapi dengan uang 70 juta bisa kami beli. Yup... sisa 34 juta kami cicil setahun tanpa bunga.

Nah tanah itu sekarang dikelola oleh orang disebelah tanah, tetangga, sebut saja pak S, buruh tani, yang berkeluarga sederhana. Tapi sayangnya pak S ini tidak pernah minta ijin ketika tanah sudah berpindah tangan ke kami, beliau tetap mengolah tanah, beliau juga tidak pernah bersua sekalipun menemui kami sebagai pemilik tanah. Namun untungnya istrinya masih beritikad baik selalu membagi hasil kebun dari tanah tersebut. Alhamdulillaah kadang dapet kacang, dapet terong, dapet ketela.

Satu waktu kami berkunjung ke kebun bersama istri dan anak, disana kebetulan ada pak S. Ketika mengetahui kami ada di situ beliau tidak berinisiatif menemui kami. Ohh... Mungkin beliau nggak melihat, beliau sudah berumur, akhirnya aku datang masuk ke rerimbunan kebun dan berkenalan. Dan kesan pertama ketika ngobrol dengan beliau kurang menyenangkan, tetap acuh kepada kami dan berkomentar yang bernada negatif mengenai batas tanah, padahal tanpa saya tanya beliau sudah berkomentar "saya tidak tahu lho mas.. Batas batas tanah ini". By the way seharusnya gak perlulah ngomong gitu kalau beliau nggak tahu, tapi sebagai pengolah tanah yang sudah setahun lebih di tanah itu seharusnya tahu. Karena samping kiri kanan tanah tersebut adalah tetangga beliau, bahkan ada hubungan saudara dengan beliau, yang pastinya sesekali pernah berbasa basi dengan tetangganya mengenai batas tanah tersebut. Yang kedua, ketika saya menyampaikan rencana saya mengenai pembangunan rumah beberapa bulan kedepan, sekitar dua bulan lagi, beliau langsung mengatakan "ya boleh saja... Tapi ya mohon diganti (dengan uang) untuk tanaman yang sudah terlanjur saya tanam (pepaya sekita 50 buah yang sudah mulai berbuah)". Dan banyak percakapan yang kurang menyenangkan mengenai permintaannya untuk penggantian tanaman... Yaahh... Padahal beliau nggak pernah minta ijin mengolah tanah, juga nggak ada sewa... Justru seharusnya kami yang seharusnya mendapat uang sewa. Bahkan setelah membeli tanah tersebut, setahun yang lalu, dari kami sudah menyampaikan kekeluarga mereka (saat itu yang kami temui istrinya) bahwa sewaktu waktu kami akan membangun rumah ditanah tersebut, mohon untuk menyeseuaikan.

Setelah bertemu dengan pak S, saya cukup kepikiran dan memakan pikiran. Istri saya bilang nggak usah di ambil hati nggak penting beliau, secara hukum gak ada hak apaun dimiliki pak S atas tanah tersebut. Berselang tiga bulan setelah bertemu pak S, ketika saya pulang dari kalimantan, ketika liburan, kami mendapat berita bahwa pak S meninggal dunia karena jatuh dari pohon ketika mengambil rambanan (dedaunan untuk ternak). Innalillaahiwainnalillaahi rajiuun dan subhanallooh. Kami memaafkan pak S dan semoga diampuni semua dosa juga amal amal nya diterima oleh Tuhan

Selasa, 16 April 2013

Alhamdulillaah


Beberapa hari yang menyengangkan. Yap... Bukan karena banyak uang atau ada pesta atau acara yang have fun, but just karena mau empat hari ini aku bisa berkumpul full four whole day sama anak sama istri. This is my own heaven, sangat menyenangkan dan bahagia seneng penuh cinta dan penuh kasih sayang.

Beberapa hari ini juga menginspirasi beberapa pemikiran dari pengalaman, salah satunya perasaan malu. Di satu momen ketika berjalan-jalan sama anak istri  di perkampungan, naik sepeda motor berboncengan. Saat menikmati dijalanan yang sudah beraspal dan cukup mulus disalah satu sudut kampung melintas mobil mewah meski bukan mercy mendahului dari sisi kanan wusss... Dengan suara berdesir nyaris tak terdengar, terbayang suasana sejuk didalamnya tanpa sinar matahari, seiring dengan itu muncul dari dalam hati ada rasa minder... Kasian sama anak istri harus kepanasan juga kena angin. Tapi ketika ku lirik dari spion sepeda melihat istri dan anak tersenyum ceria bahagia. Malu itu serasa pergi, ini rasa syukur memiliki keluarga yang cueria dan cuantik cantik tak ternilai dengan mobil dingin ber AC nan nyaman. Alhamdulillaaah itu yang terucap tidak semua keluarga memiliki kebahagiaan dalam keluarga.

Senin, 15 April 2013

Bismillaahirrahmanirrahiim


Kenapa judul itu tertulis..?
Hanya spontanitas saja... Sebuah kalimat yang muncul dari bawah sadar yang sudah tertanam.
Kalau saya renungi secara pribadi makna kalimat itu mengingatkan saya pada banyaknya nikmat pagi ini.

Mari coba kita hitung dan buktikan seperti yang pernah orang-orang bilang, bener nggak sih kita gak bisa hitung banyaknya nikmat yang dikaruniakan oleh Tuhan, kita hitung 100 nikmat Tuhan yang terlintas dipikiran kita..bisa dengan mudah nggak.

Oke yuk kita mulai nikmat pagi saya :
  1. Bisa sarapan soto daging
  2. Bisa makan tanpa sariawan pagi ini
  3. Habis itu minum kopi
  4. Bayar kopi di bayarin temen padahal dah nolak2
  5. Habis ngopi badan jadi seger ngantuk semalam ilang
  6. Perasaan Urinate lancar
  7. Pipis lancar
  8. Badan sehat
  9. Bisa mandi.. air cukup
  10. Sudah ada sabun pula di kamar mandi
  11. Bisa bercanda ria sama temen temen
  12. Internet wus wus download AC3
  13. Punya duit cukup
  14. Telpon istri mudah
  15. Kabar anak sehat
  16. Denger anak ceria
  17. Denger mamanya juga ceria
  18. Masih nggak punya utang
  19. Tangan bisa ngetik lancar
  20. Laptop listrik aman
  21. Handphone lancar
  22. Internet lancar
  23. Disapa temen lama seneng
  24. Punya sepatu meski agak jelek tapi lumayan
  25. Bisa ketemu teman teman
  26. Bisa sikat gigi
  27. Gigi sehat
  28. Mulut Sehat
  29. Hidung nafas lancar
  30. Kaki buat jalan lancar
  31. Penglihatan terang
  32. Kentut lancar
  33. Badan gak gatel
  34. Udara sejuk
  35. Nemu battery gratis untuk mouse
  36. Semalam bisa gedebukan main musik
  37. Bisa sholat dengan badan sehat
  38. Pekerjaan lancar
  39. Gak ada masalah sama sekali hari ini
  40. Pikiran tenang
  41. Bisa dengerin radio ss
  42. Mo nyapa temen siapa saja bisa
  43. Ada koran jawa pos datang tiap hari
  44. Masih punya tabungan banyak
  45. Gak ada nyamuk
  46. Masih punya istri cantik
  47. Masih punya anak lucu
  48. Masih punya ibuk baik
  49. Masih punya temen baik
  50. Gak ada musuh
  51. Mau kemana saja bisa dengan mudah
  52. Wajah gak jelek banget
  53. Komputer lancar gak rewel.. Gak rewel banget
  54. Handphone juga sehat
  55. Pulsa gak ada kendala
  56. Charger Laptop juga sehat habis jatuh
  57. Charger HP juga sehat
  58. Bisa dengerin pake Hnadsfree bagus
  59. Telinga gak kopok
  60. Temen temen banyak komunikasi positif
  61. Punya istri baik
  62. Punya saudara juga baik baik
  63. Punya baju bagus bagus
  64. Punya tas juga bagus
  65. Gak ada bencana kecil
  66. Gak ada perang
  67. Dunia umumnya juga damai
  68. Harga pangan juga murah
  69. Bisa makan dimana dan kapan aja
  70. Mau makan tinggal kewarung tinggal pilih
  71. Mau jalan jalan tinggal keluar
  72. Mau Nonton film tinggal ke bioskop
  73. Mau cari diinternet juga tinggal download
  74. Mau lihat pengajian tinggal buka yutub
  75. Mau lihat motivasi tinggal lihat yutub
  76. Mau dengerin al Quran tinggal buka laptop
  77. Dengnerin al Quran dari hp juga bisa
  78. Dengerin larasati jazz version enak banget
  79. Masih punya rasa kangen sama anak
  80. Masih punya rasa kangen sama istri
  81. Punya rasa cinta sama anak
  82. Punya rasa cinta sama istri
  83. Istri sayang aku
  84. Anak lucu nggak takut sama aku meski ditinggal berbulan
  85. Bosen ada hiburan Onet di HP
  86. Bisa chatting sama siapa saja yang kita mau
  87. Burung masih bisa tegang
  88. Badan gak ada yang capek capek
  89. Gak punya penyakit kulit
  90. Rambut masih bagus
  91. Mau minum apa aja tinggal ambil diwarung
  92. Air putih bening seger tersedia setiap saat tanpa masak
  93. Kuku tangan masih tumbuh bagus untuk garuk garuk
  94. Jari jari bisa bermain gitar dengan baik
  95. Hidung masih tumbuh rambut untuk nyaring kotoran
  96. Keringat gak bau
  97. Naik turun tanggan bisa sambil lari
  98. Perasaan seneng
  99. Perasaan positif
  100. Masih bisa tersenyum

Alhamdulillaah... Ternyata cukup sulit juga... Mikirnya.